BOJONEGORO, Tugujatim.id – Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan salah satu tempat pembentukan karakter, tapi dengan adanya pandemi Covid-19 membuat para siswa harus melakukan pembelajaran secara online atau daring. Hal tersebut justru membuat beberapa tenaga pendidik merasa Indonesia telah krisis pendidikan karakter.
Kepala Sekolah swasta di Bojonegoro Binti Fuadiyah menyebutkan, pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun terakhir ini membuat kegiatan belajar mengajar tatap muka yang berhenti dan diganti dengan pembelajaran daring ternyata sangat berdampak pada siswa, terutama pada karakternya.
“Sangat berpengaruh sekali, terutama pada karakter anak yang dulu sudah kami bentuk, karena pandemi belajar di rumah, semuanya jadi hilang,” katanya.
Tidak jarang, pihaknya menemui siswa yang berkata kasar bahkan jelek kepada temannya. Binti mengatakan, parahnya lagi, ada siswa yang berani melawan perintah dari guru. Sebagai seorang pendidik, kejadian tersebut membuatnya sangat terpukul. Menurut dia, kedisiplinan dan ketertiban yang sudah ditanamkan sejak masuk sekolah hilang begitu saja.
“Kalau sekolah tatap muka dulu, siswa bisa disiplin, berangkat pagi, salat Duha tanpa paksaan karena pendidikan karakter ini perlu pembiasaan,” ucap dia.
Selain itu, tak jarang orang tua yang mengeluh kepadanya mengenai cara membuat anaknya mudah diatur ketika di rumah, terlebih beberapa orang tua juga sibuk bekerja sehingga kurang pengawasan. Menurut dia, mengembalikan karakter generasi penerus bukan hal yang mudah dilakukan, perlu usaha ekstra dari pendidik. Selain itu, juga perlu kesabaran dan pembiasaan.
Sementara itu, salah satu guru Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Soko, Kabupaten Tuban, juga mengeluhkan beberapa siswa yang menyepelekan tugas yang diberikan. Bahkan, dari beberapa tugas yang diberikan lebih sering tidak dikerjakan. Bahkan, sering ditemui siswa yang ketika diingatkan untuk mengumpulkan tugas melalui media online, membalas dengan kalimat yang tidak sepatutnya.
“Kami sudah berusaha mengingatkan dengan baik melalui WhatApp, tapi terkadang mereka membalas dengan tidak sopan bahkan menguras kesabaran,” ungkap Fatmawati, guru bahasa Indonesia di SMPN 1 Soko itu.
Dia menegaskan, siswa zaman sekarang berbeda jauh dari siswa yang ditemuinya dulu, terlebih soal kesopanan dan penghormatan pada guru yang semakin hilang.
Sedangkan Adi Prayitno selaku Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Bojonegoro– Tuban menuturkan, pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) beberapa bulan lalu juga sudah memberikan pesan untuk tidak menjadikan pembelajaran online sebagai hambatan dan menekankan penumbuhan akhlak mulia atau karakter yang bernilai Pancasila terhadap peserta didik.
“Meski pembelajaran online, jangan dijadikan sebagai hambatan untuk menimba ilmu dan di MPLS online ini saya tekankan untuk penumbuhan akhlak mulia atau karakter yang bernilai Pancasila,” ungkapnya.