JAKARTA, Tugujatim.id – Sampai kapan pun, artificial intelligence (AI) itu hanya sebuah alat pembantu. Manusia mutlak menjadi peran utama sebagai khalifah fiil ardl atau pengelola. Sebab, ada beberapa hal yang memang tidak bisa digantikan oleh teknologi, seperti guru, dosen, maupun wartawan.
Kalimat itu menjadi pembuka diskusi bertajuk “Ancaman dan Tantangan AI di Dunia Pendidikan” yang digelar pada kegiatan Gathering Alumni Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bersama Paragon Corp, di Jakarta, pada Senin (18/09/2023).
Dalam diskusi tersebut, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Nina Septina SP MM memberikan contoh bahwa di dunia jurnalistik, diperlukan kedekatan narasumber untuk mendapatkan sebuah data. Diharuskan konfirmasi tertentu sebagai salah tugas jurnalis untuk mencari, mengolah, dan menyajikan berita.
“Memang benar ada ke kekhawatiran terkait hal itu. Makanya harus memiliki jiwa pembelajar terus menerus agar tidak tergerus zaman,” pesannya.
Sementara Group Head Data and Applied Intelligence Paragon, Dudi Susanto mengatakan bahwa AI muncul pada 1956. “Sebenarnya sudah jauh dulu lahir, namun baru berkembang dan ramai pada akhir-akhir ini,” ucapnya.
Dudi menjelaskan, AI memiliki arti kecercedasan buatan. Orang-orang yang berkecimpung di dunia IT, berkeinginan ada teknologi yang bisa menggantikan pekerjaan manusia.
“Kenapa waktu itu tidak secepat sekarang? Nah dengan kemampuan berkembang cepat, sehingga penunjangnya yang digunakan untuk mengembangkan teknologi,” kata Dudi.
Contoh produk AI yang paling sederhana dan digunakan untuk aktivitas manusia yakni telepon genggam dan beberapa teknologi yang lainnya.
“Sebenarnya hampir sama dalam konteks pembelajaran. Siswa diberikan pengetahuan dari buku maupun yang lainnya, datanya terkumpul dan harus diujikan. Bagaimana hasilnya? Apakah nanti siswa tersebut akan berhenti belajar? Pastinya tidak mungkin,” ucapnya.
“Begitu pula teknologi AI yang berkembang dan terus diuji setiap waktunya. Sesuai perkembangan manusia yang ada, begitu pula banyak produknya,” imbuhnya.
Sekali lagi, kata dia, AI itu hanya teknologi yang membantu manusia. “Kalau tidak mau berpikir berkembang dan tidak mau belajar, pasti juga akan ketinggalan,” tuturnya.
“Begitu pula AI, dimanfaatkan bisa bekerja lebih cepat dan menyempurnakan hasil pekerjaan dari manusia,” imbuhnya.
Sementara Group Head Corporate Culture and Capability Paragon, Irwan Akhir menyampaikan bahwa teknologi belum memiliki inisiatif. “Sebab yang sekarang masih diperlukan form dimasukan, baru AI membaca. Akan menjadi berbahaya jika berkembang ke sana, sehingga perlu antisipasinya. Tetap harus dipaksa untuk berkembang dengan selalu belajar,” ucapnya.
Reporter: Rochim
Editor: Lizya Kristanti