Tugujatim.id – Peran dan kontribusi para tokoh agama dunia sangat urgen dalam menanggulangi perubahan iklim. Suara agama adalah suara hati nurani serta keyakinan prinsipil yang efektif untuk mengajak masing-masing pemeluknya aktif mencegah pemanasan global dan perubahan iklim yang dampaknya kian nyata di muka bumi.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini menegaskan hal tersebut dalam Pertemuan Simposium Agama dan Hukum Internasional Tahunan ke-30 di Utah, Amerika Serikat (AS).
Simposium berskala global ini diselenggarakan rutin oleh International Center for Law and Religion Studies (ICLRS) yang berpusat di Brigham Young University, Utah.
![Anggia Erma Rini Bicara Soal Perubahan Iklim di Hadapan Ratusan Tokoh Agama Dunia di Amerika Serikat 2 WhatsApp Image 2023 10 05 at 16.06.33](https://tugujatim.id/wp-content/uploads/2023/10/WhatsApp-Image-2023-10-05-at-16.06.33.jpeg)
“It’s time for religious leaders as well as prominent people among countries to speak out loudly in responding to environmental issues and climate change more seriously. Now or never (Sudah saatnya para pemimpin agama dan tokoh-tokoh terkemuka bersuara lantang menyikapi isu lingkungan dan perubahan iklim secara lebih serius. Sekarang atau tidak sama sekali),” ujar Anggia di depan ratusan tokoh agama dunia di Utah, AS, pada Rabu (4/10/2023), waktu setempat.
Anggia menjadi pembicara simposium bertema Protecting the Right to Freedom of Thought, Conscience, and Religion: 75 Years of the Universal Declaration of Human Rights. Aktivis perempuan Nahdlatul Ulama ini menyampaikan relevansi maqosidus syariah dalam konteks melindungi hak kebebasan berpendapat, beragama, juga bereskpresi, terutama setelah 75 tahun Deklarasi Hak Asasi Manusia menjadi pedoman bersama.
Secara khusus, Anggia mengajak tokoh agama dari berbagai negara yang hadir di simposium untuk bertindak dan menjalankan aksi lebih kongkrit.
![Anggia Erma Rini Bicara Soal Perubahan Iklim di Hadapan Ratusan Tokoh Agama Dunia di Amerika Serikat 3 WhatsApp Image 2023 10 05 at 16.06.32](https://tugujatim.id/wp-content/uploads/2023/10/WhatsApp-Image-2023-10-05-at-16.06.32.jpeg)
“Kita semua corong umat. Aksi nyata para pemuka agama sangat penting dan urgen. Semua agama punya concern yang sama dan landasan penguatnya masing-masing. Dalam Islam misalnya, menanam pohon adalah amal jariyah yang pahalanya mengalir terus sepanjang masa. Keberpihakan pada lingkungan ini harus terus disuarakan oleh pemuka semua agama di dunia,” disampaikan saat penutupan Symphosium.
Anggia menambahkan bahwa lingkungan dan kehidupan yang sehat adalah hak warga dunia. “Perubahan iklim dan degradasi lingkungan telah menjadi ancaman mendesak bagi masa depan umat manusia. Perubahan iklim, pencemaran, dan kerusakan lingkungan adalah salah satu tantangan besar HAM saat ini,” sambungnya.
Simposium kali ini dihadiri banyak tokoh agama dunia serta para tokoh global terkemuka dari 63 negara. Di antaranya Frans van Daele (Belgia), David G Campbell (Arizona), Armen Harutyunyan (Armenia), Loannis Ktisakis (Yunani), Helen Moronkeji Ogunwumiju (Nigeria), Jose C Reyes Jr (Filipina), Engin Yildirim (Turki), Ján Figeľ (Slovakia), Ewelina Ochab (UK), dan banyak tokoh dunia lainnya yang berbicara dalam beragam panel, dengan ratusan audiens dari berbagai organisasi tingkat dunia.
Selain Anggia Erma Rini, dari Indonesia hadir Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, mantan Menlu RI Alwi Shihab, dan Direktur Yayasan Leimena Jakarta Matius Ho.(*)
Editor: Lizya Kristanti