MALANG – Selalu ada cara untuk bertahan hidup. Begitu kiranya kata yang tepat menggambarkan sosok Dino Kristopacida (42). Pria asli Glintung Kota Malang ini mencoba mensiasati hidup dengan kreatif di tengah badai pandemi global COVID-19 yang sempat membuatnya kehilangan penghasilan utama.
Seperti apa sih siasat kreatifnya bertahan hidup di tengah pandemi? Dibantu seorang rekan pekerja kreatif Oky Wahyu Sempada (30), mereka berdua merintis jasa kurir independen lokalan berbasis aplikasi sederhana menggunakan WhatsApp. Namanya juga cukup unik ; Ladub Tok.
Ladub Tok merupakan istilah bahasa Malangan yang jika dibalik adalah budal. Artinya berangkat. Sementara ‘Tok’ adalah istilah adverbia dalam bahasa jawa timuran untuk penekanan sifat kata sebelumnya. Singkatnya yang berarti ‘berangkat sudah!’ jika diterjemahkan ke bahasa sehari-hari.
Mulanya, Dino adalah seorang karyawan kedai kopi yang terpaksa dirumahkan lantaran kebijakan pemerintah menutup sementara usaha FnB yang memiliki potensi kerumunan tinggi. Hal ini sebagai antisipasi mencegah laju penyebaran virus yang merebak sejak Maret 2020 silam.

Sementara, di lain sisi hanya di situlah satu-satunya sumber penghasilan utama Dino dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mencari peluang kerja di sektor lain kata dia saat itu juga tak memungkinkan. Terlebih, di usianya yang sudah memasuki kepala empat.
”Waktu tutup, saya dan karyawan lain ya otomatis nganggur. Saya ga punya pemasukan lain selain dari sana, meski masih dapet kompensasi meski tak banyak. Sementara, modal yang saya punya cuma tenaga dan sepeda motor ya akhirnya ngerintis jasa kurir ini,” kisahnya pada reporter Tugu Malang ID, Grup Tugu Jatim, Sabtu (8/8/2020).
Dino mulai merintis jasa kurirnya sejak pertengahan Mei 2020 di saat korban terpapar virus dan kondisi Malang lagi genting-gentingnya. Meski harus bersaing dengan start-up kompetitor lain yang lebih mapan, beruntung usaha sampingannya ini masih terus berlanjut hingga sekarang.
Perlahan, Ladub Tok mulai mendapat kepercayaan di mata pelanggan, bahkan sampai punya langganan setia. Terlebih, sejak dibantu seorang rekan yang mengurusi aspek manajerial, mulai dari customer service, desain hingga media sosial kreatif.
”Responnya bagus sejak kita punya akun di media sosial. Sebagai pertanggungjawaban dan jaminan pelayanan kami. Tentu juga berkat bantuan kawan (Oky) yang kebetulan pinter me-manage sosial media. Orderan mulai rame sampe kami kewalahan,” ungkapnya.
Beda dan unik dari kebanyakan perusahaan mapan, Ladub Tok menawarkan kompensasi jasa ongkir tanpa mematok tarif biaya tertentu.
”Bayar seikhlasnya dan sepantasnya,” begitu jawab mereka saat ditanyai soal tarif oleh customer.
Dino mengaku sangat sadar bahwa rintisan usaha jasanya ini tidak terlahir dari perusahaan jasa kurir profesional. Usaha ini murni dibangun sebagai alternatif bertahan hidup sejak dihantam wabah pagebluk ini.
”Maka sudah sepantasnya jika kami juga gak matok nuntut tinggi soal biaya. Ini murni musibah bersama, kehendak Tuhan. Jadi ya ayo bangun dan bergerak bareng-bareng. Kuncinya hanya saling pengertian. Itu saja,” jelas pria berkacamata ini.
Sebab itu, ia tak lupa juga merekrut sejumlah rekan lain yang sama-sama terdampak untuk menambah tenaga kurir di Ladub Tok.
”Karena rejeki gak bisa ditunggu. Saya percaya Tuhan bersama orang-orang yang ‘obah’ (berusaha),” pungkasnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Gigih Mazda