TUBAN, Tugujatim.id – Sejumlah petani di Desa Sumurjalak, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban bersama anggota TNI melaksanakan kegiatan gropyok tikus di area persawahan, Minggu (6/6/2021). Acara gropyokan tikus tersebut dilakukan sebagai upaya gotong royong untuk memburu tikus yang jadi hama tanaman padi.
Hal itu dilakukan untuk mengendalikan hewan yang selalu menjadi momok menakutkan bagi para petani setiap tahunnya. Sebab, tikus bisa merusak tanaman hingga menggagalkan panen para petani. Selain itu, selama ini adanya jebakan tikus juga dirasakan terlalu membahayakan warga sekitar.
Sukirno, Kepala Desa Sumurjalak menjelaskan, hama tikus menjadi permasalahan yang sampai hari ini belum menemukan solusi yang tepat. Jadi harus selalu melakukan inovasi untuk itu. Gropyokan tikus menggunakan dua metode, yakni pengasapan serta gropyokan dengan mencari lubang tikus di area persawahan warga. Kalau ditemukan lubang tikus langsung dilakukan pengasapan. Kedua, memasang umpan yang sudah diberikan racun tikus.
“Kegiatan ini, bentuk sinergi pemerintah dan seluruh elemen yang saling berkaitan di daerah ini, untuk sama-sama menanggulangi hama tikus,” jelasnya.
Menurutnya, selama ini petani mengunakan jebakan listrik untuk menghilangkan serangan hama pengerat belum juga efektif. Bahkan malah menyebabkan korban jiwa. pemerintah desa bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) telah mencoba hal baru cara membasmi hama yang lebih aman dan efesien setelah beberapa kali riset ke daerah lain
“Pengunaan jebakan listrik sudah banyak merenggut nyawa di daerah Tuban. Tapi iya tidak bisa menyalahkan petani juga sebab memang belum ada solusi penganti yang lebih efektif. Di desa ini sudah ada yang terluka,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Sugeng, Ketua Gapoktan Tunggal Karya Desa Sumurjalak menyatakan jika kegiatan ini sudah dilakukan kedua kalinya di daerah ini dan akan dilakukan secara berulang. Agar bisa menjaga kecamatan Plumpang tetap menjadi lumbung pangan nasional pertanian yang artinya menjadi tumpuhan kehidupan masyarakatnya
“Namanya saja ikhtiar bersama demi kebaikan masyarakat petani, kalau pertanian saja gagal terus bagaimana nasib mereka,” jelasnya.
Pihaknya menuturkan, gropoyokan tikus ini sinergi pemerintah desa dan Gapoktan untuk mengajak masyarakat petani merubah mindset jika jebakan tikus mengunakan listrik itu efektif tapi kenyataan tidak.
“Kita arahkan petani ke jebakan tikus mengunakan racun dan pengasapan, alhamdulillah petani para petani sangat antusias. Terima kasih juga untuk Bhabinkantibmas dan Babinsa yang turut serta mendampingi dan terjun bersama kami,” tegasnya.
Ia berharap, jika nantinya ini berhasil mengendalikan hama tikus, akan dilakukan Rubuha (rumah burung hantu) untuk membantu para petani mengendalian hama ini.
Supri, salah satu petani yang melakukan gropyokan tikus untuk ladangnya juga merasa bersyukur. Pasalnya, selama ini belum ada solusi selain jebakan tikus mengunakan listrik. Dirinya juga merasa was-was jika diteruskan akan memakan korban.
Tak lupa ia menjelaskan, untuk mengendalikan hama tikus kali ini menggunakan kompos yang diberi belerang lalu dibakar mengunakan gas elpiji atau metode pengasapan.
“Tiga hari baru mati, tapi mesti menular ke anaknya jadi tidak hanya satu induk mati saja tapi semuanya juga, walaupun tidak keluar lobang pasti mati di dalam,” tuturnya.
Supri juga berharap adanya kegiatan ini bisa terus menerus dan lambat tahun bisa mengedukasi petani untuk meninggalkan jebakan tikus.
“Terima kasih desa dan Gapoktan sudah support baik pendanaan dan edukasi kepada kami para petani,” tutupnya.