Tugujatim.id – Beberapa negara di Asia Tenggara dan China memiliki kain batik, tetapi yang diakui dunia melalui UNESCO (The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) adalah batik Indonesia sebagai warisan dunia. Demikian penyampaian CEO Batik Sakera, Suci Wijayanti, dalam acara pengenalan batik Madura yang digelar oleh Pondok Inspirasi bersama Batik Madura di Jakarta, Sabtu (3/09/2022).
Dalam acara bertajuk Worshop Batik Sakera itu, Suci, panggilan akrabnya, memaparkan bahwa batik yang diakui oleh UNESCO adalah batik Indonesia yang diproduksi menggunakan canting tulis dan canting cap yang sebelumya sudah diberi malam panas.
“Tidak ada yang namanya batik print, atau batik-batik lain yang diproduksi selain memakai malam panas dan menggunakan canting tulis maupun canting cap,” papar dia sambil menunjukkan beberapa koleksi batik tulis khas Madura miliknya.
Selain itu, perempuan yang memiliki 2 anak tersebut menjelaskan bahwa beberapa negara memiliki kain batik. Namun UNESCO sangat jelas menyatakan bahwa batik Indonesialah yang mendapatkan pengakuan internasional sebagai warisan dunia.
“Malaysia, Thailand, dan Cina juga punya batik. Tapi yang diakui oleh UNESCO hanyalah batik Indonesia karena dari kecil sampai mati, batik sangat dekat dengan budaya Indonesia,” imbuh dia dalam acara yang dilakukan di kantor PT Paragon Technology and Innovation, Jakarta Selatan.
Dia juga menambahkan bahwa beda daerah, beda pula corak atau motifnya. Lebih jauh lagi, dia menjelaskan bahwa corak atau motif tersebut memiliki makna yang sangat mendalam. Contohnya, Batik Madura memiliki motif khas berupa beras tumpah, ayam jago, dan dedaunan. Ketiga motif tersebut sangat erat dengan Keraton Sumenep.
Sejauh ini, produktifitas pengrajin batik di Indonesia masih sangat besar. Tak tanggung-tanggung, para pengrajin batik di Madura saja bahkan bisa memproduksi hingga 1.000 lembar kain batik tulis hanya dalam 1 bulan.
Sehingga, menurut penuturan Suci, ketika pandemi Covid-19 pun pihaknya masih dapat mengirimkan pesanan batik karena setok penyimpanan yang masih banyak.
“Alhamduillahnya pesanan yang masuk di Batik Sakera masih bisa dipenuhi oleh para pengrajin kami di Madura. Bahkan waktu pandemi kemarin, kami sempat kelebihan setok sehingga meskipun sedang tidak produksi, transaksi tetap berjalan lancar,” jelas perempuan lulusan pesantren sekaligus lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untuversitas Terbuka Surabaya itu.
Namun, masih kata Suci, yang menjadi perhatian bersama adalah rentang usia pengrajin batik saat ini masih didominasi oleh orang-orang tua. Sehingga diperlukan adanya penyuluhan dan pengedukasin batik kepada generasi muda agar batik tetap lestari. Hal itulah yang saat ini juga sedang diterapkan oleh Suci kepada para pengrajin batiknya di Madura.
“Saat ini yang dibutuhkan untuk meregenerasi pengrajin batik adalah adanya ekosistem yang mendukung para pengrajin batik itu sendiri. Sehingga dengan sendirinya akan muncul generasi-generasi muda yang fokus untuk meneruskan dan melestarikan kerajinan batik. Hal itulah yang saat ini saya usahakan bisa berjalan di Madura,” pungkasnya.
Untuk itu, dalam waktu dekat ini dia akan membuat sanggar pelatihan pembuatan batik di Jakarta. Sehingga nantinya semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk melestarikan batik.
Workshop Batik Sakera ini dihadiri oleh para mahasiswa IPB University yang tergabung dalam Komunitas Pondok Inspirasi.