SURABAYA, Tugujatim.id – Dalam rangka Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) Ke-12 tahun 2021, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) bersama Balai Taman Nasional Baluran melepas liarkan satwa sebagai agenda ‘road to HKAN 2021’ di Taman Nasional Baluran. Pelepas liaran satwa dilakukan oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDA) dan Bupati Situbondo.
Kepala Subbag Data Evlap dan Humas BBKSDA Jatim, Gatut Panggah PSP MSc, menyampaikan tujuan pelepas liaran satwa ialah untuk mengembalikan satwa ke habitatnya, agar satwa dapat berkembangbiak secara alami untuk menghindari kepunahan serta menjaga ekosistem.
“Satwa yang dilepas liarkan telah melalui tahap penanganan prosedur pelepas liaran, rehabilitasi satwa termasuk pemeriksaan kesehatan, penilaian perilaku satwa yang bertujuan mengetahui sifat alami (liar, red) satwa, proses habituasi di lokasi pelepas liaran dan ‘monitoring’ pasca-pelepas liaran,” terang Gatut melalui daring, Jumat (26/03/2021) sore.
Selain itu, pelepasan satwa pra-pelepas liaran oleh BBKSDA Jatim bertujuan memastikan bahwa satwa tersebut layak dan siap untuk dilepas liarkan ke habitatnya, jelas Gatut, sedangkan monitoring pasca-pelepas liaran guna memastikan bahwa satwa dapat ‘survive’ dan kembali liar di habitatnya.
“Untuk jenis satwa yang dilepas liarkan terdiri dari 2 ekor Merak Hijau (Pavo muticus), 1 ekor trenggiling (Manis javanica), 7 ekor burung jenis Tiong Emas (Gracula religiosa religiosa) yakni 3 ekor betina serta 4 ekor jantan dan 50 ekor Tukik Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata),” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Gatut menjelaskan, bahwa keberadaan merak hijau (Pavo muticus) secara umum tersebar di sebagian Asia Tenggara, China dan sebagian lagi di India. Gatut menambahkan, di Indonesia merak hijau hanya ditemukan di Pulau Jawa, perjumpaan historis tersebar di seluruh penjuru pulau, termasuk Panaitan, TN Ujung Kulon.
“Sedangkan, untuk trenggiling biasanya hidup di hutan tropis dataran rendah. Sebaran trenggiling di Indonesia terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali. Distribusi ada di Pulau Jawa tepatnya TN Ujung Kulon, TN Baluran dan lain-lain,” imbuhnya.
Mengenai sebaran Tiong Emas, pihak BBKSDA Jatim menyatakan jika satwa ini umumnya hidup di daerah perbukitan antara 300 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gatut menjelaskan, burung tersebut memiliki habitat di curah hujan dan kelembaban tinggi, termasuk ekosistem hutan hujan tropis.
“Untuk persebaran Tiong Emas, ada di Sunda Besar meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tahun 2013 lalu di TN Baluran populasi Tiong Emas baru terdata, sehingga menambah keanekaragaman jenis burung yang ada di TN Baluran,” pungkasnya.
Sebagai informasi, untuk penyu sisik yang dilepas liarkan BBKSDA Jatim, jelas Gatut, merupakan jenis yang terancam punah dan satu-satunya spesies dalam genusnya. Spesies ini memiliki penyebaran di seluruh dunia, dua sub-spesies di Atlantik dan Indo-Pasifik. (Rangga Aji/gg)