MOJOKERTO, Tugujatim.id – Pengelolaan lembaga swasta biasanya unik untuk dipelajari. Keunikan itu dapat berasal dari ketokohan pemimpin atau pengelolaan lembaganya, seperti pengelolaan dana operasional. Karena tidak seperti lembaga yang berada di naungan pemerintah, lembaga swasta perlu berusaha mandiri secara operasional, tidak terkecuali Ponpes Rijan Mojokerto.
Ponpes Riyadlul Jannah atau Rijan Mojokerto bisa dibilang salah satu ponpes yang mengusung semangat kemandirian. Ponpes yang didirikan oleh alm KH Mahfudz Syaubari ini memiliki beberapa lini usaha yang semuanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional ponpes.
“Abuya (alm KH Mahfudz Syaubari) memang pribadi yang ingin semuanya dikelola secara mandiri. Mandiri yang dimaksud itu tidak mengharapkan bantuan dari siapa pun. Sebisa mungkin kebutuhan dipenuhi secara mandiri,” ujar Agus Zayn Mahfudz, salah satu putra alm KH Mahfudz Syaubari, saat ditemui pada Sabtu (06/05/2023).
Bukan tanpa alasan alm KH Mahfudz Syaubari berusaha menanamkan jiwa mandiri kepada santri. Agus Zayn mengatakan, jiwa mandiri dapat mengurangi ketergantungan seseorang kepada sesama makhluk Allah SWT. Karena itu, segala upaya harus dilakukan secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan sambil menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.
“Jiwa mandiri diasah agar tidak sedikit-sedikit bergantung kepada sesama. Dengan mandiri, semua potensi diri dapat digali sambil menyerahkan hasil kepada Allah SWT,” imbuh Agus Zayn.
Perlahan lini bisnis Ponpes Rijan Mojokerto dibangun sedikit demi sedikit. Diawali dengan membangun budi daya ikan air tawar, lini bisnis lainnya mulai dirambah. Di antaranya laundry, usaha pembuatan tahu, wedding organizer, biro travel, hingga bisnis kuliner berhasil didirikan.
Bahkan pada 2015, Ponpes Rijan Mojokerto mendapat pengakuan masuk dalam buku Top 10 Ekosantri Pionir Kemandirian Pesantren. Buku tersebut merupakan hasil terbitan dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia.
“Awalnya sedikit demi sedikit, salah satunya bikin kolam ikan. Lalu merambah bisnis lain seperti laundry, bikin tahu, wedding juga ada, dan lain-lainnya,” beber Agus Zayn.
Lini bisnis kuliner menjadi salah satu andalan Ponpes Rijan. Dengan menggandeng beberapa investor, restoran besar bernama Dapur M’riah dan M2M tersebar di beberapa wilayah. Empat resto Dapur M’riah berada di Sidoarjo dan satu resto lagi berada di Pontianak. Bahkan, restoran M2M juga berhasil didirikan hingga Pulau Sumatera.
Restoran Dapur M’riah sendiri berkonsep resto dengan lahan parkir luas. Tujuannya adalah menarik wisatawan yang menggunakan kendaraan besar seperti bus untuk singgah.
Sedangkan restoran M2M menyediakan makanan olahan ayam dengan menu utama ayam goreng sehingga dapat dinikmati berbagai kalangan. Dari hasil lini bisnis, semuanya digunakan untuk operasional sehari-hari Ponpes Rijan. Bahkan, santri Rijan yang melanjutkan kuliah di Sties Rijan pun mendapat bantuan biaya pendidikan hingga lulus kuliah.
“Alhamdulillah, semua tercukupi dari lini usaha yang ada. Bahkan, kami memberikan beasiswa penuh untuk santri yang kuliah di Sties Rijan,” beber Agus Zayn.
Uniknya, pengelolaan Dapur M’riah, mulai dari manajemen hingga pegawai merupakan santri alumni Ponpes Rijan. Tak hanya itu, bahan baku yang digunakan juga diambil dari produk pesantren, seperti sayuran, ikan, serta bumbu-bumbu.
Sedangkan untuk restoran M2M dapat bersifat kerja sama. Artinya, Ponpes Rijan terbuka dengan calon investor yang ingin membuka gerai restoran M2M. Kurang lebih 40 resto M2M telah berdiri dengan skema franchise.
“Untuk Dapur M’riah, dari kami semua. Mulai dari pegawai sampai bahan baku. Kalau untuk M2M itu bisa franchise. Artinya, kami terbuka dengan calon investor,” ujar Agus Zayn.