TUBAN, Tugujatim.id – Berbagai upaya telah dilakukan untuk menunjang kemandirian organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Tuban. Salah satunya dengan mendirikan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) atau lebih mudahnya disebut koperasi syariah.
BMT dengan nama Ash Shofa Sejahtera Abadi (ASA) diharapkan bisa menopang pembiayaan untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di kalangan warga NU Tuban maupun masyarakat. Didirikan sejak 2004 dan direvitalisasi pada 2016 hingga hari ini. BMT ASA telah memiliki nilai aset Rp 7,5 miliar dari jumlah aset sebelumnya tak kurang dari Rp 1 miliar.
“Alhamdulillah, berkat kerja sama warga NU Tuban, kami sudah mengembangkan unit usaha di bidang koperasi dengan jumlah nasabah tak kurang dari tiga ribu,” ujar Ketua KSPPS BMT ASA H. Matrowi usai melaporkan hasil pembangunan kantor Pusat BMT ASA, Graha Sakinah Tuban (kantor Fatayat NU Tuban) dan MWC NU Kota Tuban di Jalan KH Mustain, Selasa (08/06/2021).
Seiring berkembangnya, kini BMT ASA NU sudah memiliki enam kantor cabang, dari target 10 kantor yang ada di Kabupaten Tuban. Sementara itu, Bupati Tuban H. Fathul Huda dalam sambutannya mengucapkan selamat atas diresmikannya kantor Pusat BMT ASA NU dan beberapa kantor lainnya di kompleks tanah wakaf milik PBNU ini.
Huda menambahkan, sebelum jadi bupati Tuban, pihaknya juga ikut andil dalam pendirian BMT ini. Waktu itu pihaknya memberikan modal awal yang diambil dari uang pribadi sebesar Rp 600 juta.
“Alhamdulillah, sampai sekarang modal itu tidak hilang. Namun, waktu itu la yamutu wala yahya (tidak mati dan juga pun tidak berkembang, red),” katanya.
Namun, dengan modal niat yang tinggi dan kemauan untuk bisa mandiri, pengurus BMT mengikuti pendampingan dua koperasi yang memiliki jumlah aset miliaran rupiah, yakni BMT Sido Giri dan KWSG.
“Saya bersyukur bisa berkembang seperti ini, meski uang modal saya belum kembali,” ungkapnya.
Bupati berpesan, organisasi harus dikelola dengan mandiri. Jika terlalu bergantung pada uang, maka akan dimanfaatkan oleh orang yang memiliki duit saja. Begitu pun sebaliknya. Jika diteruskan roda organisasi tanpa modal. maka banyak digunakan untuk mencari keuntungan saja. Dan itu bahaya.
“Saya khawatir kalau NU dikelola dengan orang yang punya duit. Nanti akan dimanfaatkan orang lain. Begitu sebaliknya, akan ngamen,” kata bapak empat anak yang pernah juga menjabat sebagai ketua PCNU Tuban ini.
Untuk bisa mandiri, pihaknya tidak akan bosan-bosan mendorong NU hingga bisa berjalan sendiri tanpa menunggu dan mengharap pemberian dari mana pun.