PAMEKASAN, Tugujatim.id – Tidak semua mahasiswa menjalani hari-harinya dengan mulus. Apalagi mahasiswa perantauan, yang datang dari jauh, dari desa, tidak punya banyak uang saku untuk kebutuhan makan dan beli buku. Hari-hari mahasiswa yang seperti itu, penuh perjuangan. Tapi tak jarang, tempaan yang seperti itu menjadi bekal berarti di kehidupan nyata pasca studi di kampus.
Seperti cerita Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, alumni Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pria Madura ini pernah menjalani hari-hari yang ‘terjal’ semasa kuliah di kampus putih jas merah tersebut.
Bahkan, pria yang akrab disapa Lora Baddrut ini hampir telat mendaftar kuliah di UMM. Dia bercerita, awalnya Baddrut berada di Yogyakarta. Baddrut pun naik bus dari Yogyakarta ke Malang untuk mendaftar. Waktu itu, pendaftaran di UMM sudah ‘last minute’.
“Alhamdulillah, saya datang ke Malang tepat satu jam sebelum pendaftaraan ditutup,” ucapnya dalam video dokumenter UMM.
Baddrut mengaku kondisi saat itu cukup rumit. Berkejaran dengan waktu, bahkan dia juga kehilangan sejumlah persyaratan pendaftaran. Berkas-berkas yang hilang kata dia, dimungkinkan tertinggal di bus. Karena Baddrut tergesa-gesa.
“Yang tersisa tinggal ijazah. Tapi alhamdulillah, berkat nilai rapor yang cukup bagus, saya akhirnya diterima di UMM tanpa melalui tahapan tes,” tuturnya.
Bersyukur bisa kuliah di UMM, Baddrut juga tidak lantas melalui hari-harinya dengan santai. Baddrut belajar dengan gigih dan tekun. Dia sering kali mengunjungi perpustakaan UMM untuk membaca buku. Tentu karena tidak banyak uang yang dia miliki untuk membeli buku-buku yang dia butuhkan.
Apalagi kata Baddrut, dirinya tidak pandai mengatur uang sakunya. Uang kiriman dari orang tuanya sering kali habis di pertengahan bulan. Kadang-kadang kata dia, uang tersebut habis untuk membeli buku yang dibutuhkan dalam proses belajar. Tapi tidak apa-apa menurutnya, karena itu hal yang positif.
Menyiasati hal itu, Baddrut berpikir untuk mendapatkan penghasilan di Malang. Dari kegigihan dan semangatnya, dia pun mencoba jualan kerupuk. Harapannya Baddrut dapat hasil yang bisa jadi uang jajan tambahan, untuk makan dan beli buku. Namun tak disangka, kerja kerasnya lancar dan menguntungkan. Setiap pekan kata Baddrut, dia meraup keuntungan di kisaran Rp 2 juta.
“Hasilnya bisa dibilang cukup banyak. Alhamdulillah, saya bisa sering-sering ajak teman-teman makan-makan di (rumah makan) Pak Soleh,” kata bupati yang juga menjadi Ketua Ikatan Alumni (IKA) UMM Jawa Timur itu.
Namun keasyikan bekerja bagi Baddrut, bukan alasan untuk meninggalkan pelajaran di kelas atau di kampus. Baddrut sendiri terus aktif menggelar diskusi-diskusi dengan teman-teman dan organisasi. Bahkan Baddrut sempat membentuk Lembaga Kajian Islam dan Psikologi bagi mahasiswa bernama, Phenomenom.
Baddrut mengaku, perjalan hidupnya juga tak lepas dari sosok Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP Menko PMK RI yang pernah menjabat sebagai Rektor UMM. Bupati Pamekasan tersebut sering berkunjung ke tempat Prof Muhadjir.
“Saya suka berkunjung ke beliau meski tidak dipanggil. Ya ngobrol, kemudian saya dapat rekomendasi buku dan diminta me-resume. Hal itu sungguh memberi saya manfaat yang luar biasa,” kata mantan Anggota DPRD Jawa Timur itu.
Tidak hanya itu, Prof Muhadjir baginya tauladan yang hebat. Maka untuk menjadi orang yang hebat kata dia, harus pula belajar pada orang yang hebat. Seperti belajar menjaga sikap terhadap orang lain, dan memperlakukan orang dengan baik.