SIDOARJO, Tugujatim.id – Series Netflix, Gadis Kretek belakangan booming dan memunculkan banyak trend baru. Bagaimana cerita di balik series yang berangkat dari novel dengan judul yang sama ini?
Penulis novel Gadis Kretek, Ratih Kumalasari mengaku tak pernah berekspestasi bahwa novel yang ditulis selama empat tahun lamanya itu diangkat menjadi series Netflix. “Karena saya orangnya hanya sekadar ingin menulis,” katanya saat berkunjung ke Sidoarjo, Jawa Timur, dalam event diskusi Biennale Jatim X, pada Sabtu (16/12/2023).
Ditonton oleh lebih dari 1,6 juta orang, penulis kelahiran Jakarta ini tak mempermasalahkan banyaknya review dari kalangan penikmat film dan pembaca hingga lintas negara setelah menonton series Netflix Gadis Kretek.
“Banyak yang di antara mereka yang meriview beda-beda. Tapi saya tidak menyalahkan karena problemnya memang seperti itu dan saya sangat senang. Teman-teman Malaysia sangat suka dengan Gadis Kretek. Saya sebagai orang Indonesia merasa happy,” ucapnya.
Tayangan pertama series Gadis Kretek justru bukan di Indonesia, melainkan Busan, Korea Selatan, saat gelaran Busan International Film. Dari cerita Ratih, banyak orang luar negeri saat itu yang sangat menantikan cerita series Gadis Kretek.
“World premiere di Busan tayangan pertama. Memang ketika ditayangkan, jumlahnya dua episode, sama dengan di Jakarta tapi yang dibedakan adalah subtitlenya. Tanggapannya bagus sekali, dua kali tayang, tiketnya terjual sold out,” paparnya.
Siapa sangka, series yang diangkat dari novel ini memiliki proses yang cukup panjang dan lama, yakni 16 tahun lamanya hingga menjadi film yang dapat dinikmati di tahun ini.
Mendapat pengalaman yang kaya. Dalam menggubah pengalaman menjadi sebuah karya tulisan, Ratih harus memahami perihal kretek dengan berkunjung ke kota yang identik dengan produksi komoditas kretek, yakni Kudus, Magelang, dan Temanggung.
“Saya riset 16 tahun sampai tayang. Tapi penulisannya memakan waktu empat tahun temasuk riset. Aku cukup beruntung karena dua tahun riset untuk buku, biaya sendiri, dan kemudian Netflix setuju untuk riset produksi. Terakhir ini saya tidak sendiri, tahun 2000 saya pergi ke Kudus, Magelang, dan Temanggung,” beber perempuan yang juga penulis skenario tersebut.
Inspirasi Cerita Gadis Kretek
Perempuan 43 tahun tersebut menceritakan bagaimana inspirasi Gadis Kretek muncul dari pikirannya. Kakeknya, seorang pengusaha kretek rumahan di suatu kota kecil di Jawa Tengah. Lantas ia menyebutnya sebagai Kota M dalam ceritanya.
“Ini cerita fiksi, terinspirasi dari keluargaku. Jauh sebelum aku lahir, dulu kakek pengusaha kretek rumahan di satu kota kecil di Jateng. Beliau meninggal yang tersisa hanya cerita. Dulu rumah ini ada pelinting, tempat menyimpan tembakau kering, orang-orangnya, jadi nempel. Itu waktu kecil sebelum saya bercita-cita jadi penulis,” ucapnya.
Sempat menuliskan memori itu dalam sebuah cerita pendek. Keterbatasan memori, keinginannya untuk menerbitkan dalam sebuah novel sangat besar sehingga dia harus melakukan riset terlebih dahulu hingga menjadi satu cerita novel yang utuh.
“Untuk produksinya sendiri (series), proses dari pra-premier itu dari 2019 hingga 2023 jadi bisa tayang. Syutingnya lima episode membutuhkan waktu tiga bulan. Di luar syuting itu ada banyak proses yang harus dilewati,” pungkasnya.
Reporter: Izzatun Najibah
Editor: Lizya Kristanti