MALANG, Tugujatim.id – Siang itu, Rabu 22 Juli 2022, Situs Watu Gong Malang masih tampak sepi. Tak banyak pengunjung yang datang ke situs peninggalan kerajaan Kanjuruhan tersebut terutama sejak pandemi Covid-19 melanda. Biasanya hanya ada beberapa mahasiswa dan orang-orang yang ingin menaruh sesajen.
Meski begitu, batu-batu bersejarah itu masih tampak bersih dari debu. Beberapa arca yang ada di situ terawat dengan baik. Sepertinya, ada orang yang memang telaten membersihkan batu-batu yang menceritaan kejayaan nenek moyang orang Malang tersebut.
Dugaan itu benar, ternyata di balik perawatan Situs Watu Gong itu ada sosok yang sangat berjasa. Dia adalah Miftakhul Huda. Usianya terbilang muda, 31 tahun. Tetapi dia memiliki kepedulian yang tinggi untuk merawat benda-benda purbakala itu.
“Untuk perawatan batunya itu dengan cara disikat 1-2 bulan sekali, kalau ada waktu senggang pakai air dan kalau tidak ya disikat biasa tanpa air untuk menghilangkan debu di batu atau arcanya,” kata pemuda tamatan SMA itu.
Dalam kesempatan itu, Miftakhul menceritakan mengapa dirinya menjadi juru kunci di Situs Watu Gong. Menurutnya, posisinya sebagai juru kunci diberikan secara turun temurun. Dia melanjutkan posisi ayahnya, Wakiri, yang menjaga sebelumnya.
“Orang lain sepertinya tidak bisa untuk mengelolanya, harus dipilih dari pihak keluarga untuk menjaganya karena ini bersifat turun temurun,” jelasnya saat itu.
Namun demikian, menjadi penjaga Situs Watu Gong bukanlah pekerjaan yang sangat menguntungkan. Boleh dibilang bayarannya hanya cukup. Tetapi dia menjalankan tugas juru kunci itu dengan sepenuh hati. Bahkan dia rela mencari pekerjaan di jam malam untuk tambahan biaya hidupnya.
Sementara tugas penjagaan dilakukan pagi hingga sore. Karena memang jam buka situs tersebut dari pagi hingga sore saja.
“Jam pengunjung di hari Senin sampai Jumat itu jam 07:30-16:00 WIB. Sabtu-Minggu boleh saja berkunjung bisa juga saat jam kerja,” tambahnya menjelaskan jadwal kunjungan.
Miftakhul terlihat menikmati pekerjaannya itu. Baginya, menjadi juru kunci di situs tersebut memberinya banyak kesenangan. Salah satunya, bisa mengenal banyak orang, terutama orang-orang yang ada di bagian cagar budaya di Malang yang sangat kompak dan tetap saling berhubungan.
Namun ada yang dia sesali, yaitu hilangnya beberapa arca di situs tersebut yang sempat dicuri orang. Walaupun batu yang dicuri itu putus-putus tetapi menurutnya itu yang paling bagus. Beberapa bagiannya masih utuh seperti kepala, badan hingga kakinya. Andaikan tidak hilang arca itu masih bisa disambung seperti yang pernah dilakukan pada tahun 2006/2007 oleh BPCB Mojokerto.
“Hilangnya pas belum dibangunkan pagar di area sini, setelah adanya pagar pencurinya tahu kalau itu ada harganya dan kemungkinan bukan sembarang orang yang mencurinya seperti punya ilmu hitam karna karna tidak ada yang mendengar suara aneh padahal sudah di kunci dengan rapat,” sesalnya.
Selain batu-batu situs Watu Gong, juga ada beberapa batu peninggalan kerajaan yang kemudian diserahkan ke situr tersebut.
“Daerah dekat sini ada peninggalan kerajaan juga tapi hanya terlihat sedikit bebatuannya. Kemudian lahannya maudibuat rumah, jadi diserahkan saja ke kami,” katanya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim