Oleh dokter, mantan Ketua RT 3 periode berturut-turut ini disarankan menjalani isoman karena gejala ringan. Dia pun menjalani isoman mulai 28 Juni hingga 8 Juli 2021, di lantai 2 rumahnya seorang diri. Beruntung, hasil swab tes istri dan 2 anaknya menunjukkan hasil negatif.
Mulanya, dia menjalani isoman hari pertama dengan stabil. Namun, begitu masuk hari kedua, meriang yang dia rasakan seolah menghebat. Dia mengaku sering mengalami halusinasi hingga stres.
”Rasanya kayak minum pil koplo, pusing, tidur gak tenang. Hari kerasa lama sekali, cuapek banget rasanya. Pikiran campur aduk gak karuan. Fase-fase itu yang paling ngeri, saya alami di hari kedua sampe kelima,” kisahnya. ”Tambah ngeri dan halusinasi saat banyak kabar tetangga sini juga mulai terpapar satu-satu. Ada juga yang meninggal. Pas itu memang di Tlogomas dinyatakan zona merah,” imbuh Alumnus UMM angkatan Tahun 1990 ini.
Di tengah situasi itu, dia tetap mencoba untuk tetap menghibur diri dan pasrah atas apa yang sedang dia alami. Pikiran tenang dan positif itulah yang cukup membawa perubahan pada kondisinya. Terhitung di hari ketujuh masa isoman, kondisi tubuh dan psikis mulai membaik.
”Saya mulai disiplin minum obat, minum rempah jawa, degan ijo sampai bawang lanang. Perlahan, saya merasa enak, gerak sudah bisa, saya buat senam d berjemur tiap pagi,” ujar pria yang kini aktif di Komunitas Difabel Creative Community ini.
Sunoto sendiri dinyatakan sembuh dari COVID-19 per 8 Juli 2021. Tidak ada gejala sisa signifikan setelah masa inkubasi virus mencapai 14 hari. Sepekan setelah sembuh, Sunoto mulai kembali menata hidupnya dan memberanikan diri untuk kembali beraktivitas.
Sehari-hari, Sunoto menghidupi keluarganya dengan berjualan bumbu pecel. Di tengah keterbatasannya, dia sendiri yang mengantar bumbu pecel itu ke para pelanggannya, dengan sepeda roda tiga yang sudah ia modifikasi.
”Mobilitas saya memang keliling kelilinga ya ngantar bumbu pecel ini. Tapi saya disiplin prokes kok, masker dobel hingga pulang itu pasti ganti dan cuci baju. Tapi ya tetap saja kena,” ujarnya heran.
Terlepas dari apa yang dia alami itu, dia berbagi hikmah bahwa kunci kesembuhan yang paling penting itu terletak di pikiran. Dengan berpikir positif maka ketenangan batin menyertai dan seiring dengan itu optimisme untuk sembuh akan bangkit.
”Saya sudah pernah mengalaminya, jangan mikir macem-macem karena itu yang justru buat kondisi kita drop. Imun kita jadi lemah. Percayalah, bahwa masih ada harapan untuk sembuh,” pesan dia.