SURABAYA, Tugujatim.id – Setiap hari adalah hari yang padat bagi Prof Dr Abdul Muhid MSi. Di tengah kesibukannya, dia menemui rombongan Tugu Media Group (tugumalang.id dan tugujatim.id) di ruangan kerjanya yang nyaman pada Kamis (08/06/2023).
Dalam kunjungan itu, Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya ini bercerita perjalanan hidupnya yang dimulai saat dia menjadi aktivis saat kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang (kini UIN Maulana Malik Ibrahim Malang).
Dia mahasiswa S1 angkatan 1993. Ketika menjadi mahasiswa, Abdul Muhid aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan juga aktif sebagai takmir masjid. Di PMII, dia adalah salah seorang pendiri Rayon Chondrodimuko di UIN Malang. Rayon adalah setingkat fakultas di PMII.
”Dulu jadi tukang ngepel, tukang nyapu, tukang azan sama teman-teman di kampus,” katanya sambil mengingat-ingat memori puluhan tahun silam itu.
Bergabung dengan para demonstran dan mahasiswa lain saat masa Orde Baru, Abdul Muhid mengaku memang sempat kelagapan kala dia dituntut untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya sebagai mahasiswa PAI.
”Saya lulus kuliah pada 1998. Saya demo Orde Baru itu ya sambil nyelesaikan skripsi. Jadi, kalau untuk demo waktu itu di Malang dan Surabaya, nggak sampai di Jakarta,” imbuhnya.
Ketika ditanya mengapa memilih jalan sebagai akademisi, Muhid menjelaskan, menjadi seorang dosen adalah targetnya sejak menjadi seorang mahasiswa.
“Saya merasa passion saya di akademisi. Dulu juga sama teman lainnya memproklamirkan diri untuk menjadi akademisi, sedang teman-teman saya yang lain ada yang milih untuk jadi politikus dan lembaga swadaya masyarakat (LSM),” bebernya.
Cita-citanya nyaris pupus ketika beasiswanya tidak kunjung turun karena adanya transisi negara menjadi reformasi. Jadi, dia dipaksa pulang ke kampung halaman di Lamongan untuk mengajar di sebuah madrasah.
”Setelah lulus S-1, saya disuruh pulang ke rumah ke Lamongan untuk ngeramut madrasah. Jadi terpaksa untuk pulang. Apalagi waktu itu beasiswa nggak turun karena ada reformasi,” ujarnya.
Ketahuilah Potensi Diri
Abdul Muhid lahir dari keluarga yang terbilang religius. Sejak kecil, Muhid sudah dididik untuk menempuh pendidikan di dunia pesantren. Ilmu-ilmu agama dia dapatkan melalui beberapa pesantren, mulai dari Pondok Pesantren Darussalam Lamongan (1984-1990), Pesantren Tanwirul Qulub Lamongan (1990-1993), dan Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Huda Malang (1994-1995).
Kemudian, dia juga kuliah di UIN Malang dengan jurusan PAI (lulus 1998) dan berlanjut S-2 di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dengan jurusan Psikologi (2002) dan menempuh gelar doktor di Universitas Negeri Malang bidang Psikologi (2009).
Selain menyukai bidang psikologi, dia juga aktif dalam melakukan riset dan penelitian. Dari buah pemikirannya, Muhid berhasil menerbitkan artikel jurnal penelitian tingkat nasional maupun internasional. Salah satu buku yang berhasil dia terbitkan dalam dunia penelitian yaitu Analisis Statistik: 5 Langkah Praktis Analisis Stastik dengan SPSS for Windows.
”Di sini (Uinsa) rata-rata penelitiannya kualitatif. Padahal, psikologi tradisi kuantitatifnya kuat. Dulu sebelum ada anak saintek, banyak mahasiswa kuantitatif yang mengitung manual pakai kalkulator. Kemudian, saya mengenalkan aplikasi SPSS yang modulnya saya jadikan sebagai buku,” tuturnya.
Karirnya di dunia akademisi terbilang sangat mumpuni. Pada 2021, di usianya yang menginjak 46 tahun, Abdul Muhid dikukuhkan menjadi guru besar (profesor) termuda di UIN Sunan Ampel Surabaya. Namun sebelumnya, dia juga pernah menjabat sebagai staf akademisi, wakil dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan Fakultas Psikologi UIN Sunan Ampel yang kemudian berlanjut menjadi dekan. Saat ini, dia telah diangkat menjadi wakil rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Sunan Ampel Surabaya.
“Saya nggak tahu kalau bakal diangkat menjadi wakil rektor. Sehari sebelumnya saya ditelepon oleh kampus untuk besok katanya menghadiri pelantikan. Saya kaget, ternyata saya juga dilantik menjadi warek menggantikan pejabat sebelumnya,” terang pria kelahiran 1975 ini.
Bagi dia, karir yang gemilang tidak bisa diraih secara instan. Perjalanan dan proses dalam menempuh pendidikan sangatlah penting.
“Karir harus disiapkan, nggak bisa ujug-ujug dan jangan takut punya mimpi karena nanti bisa menyesal di kemudian hari. Lebih baik mimpi sebesar-besarnya. Jalani hidup di mana pun, apa pun yang diberikan kepada kita harus amanah dan tanggung jawab,” katanya.
Muhid berpesan bagi para aktivis dan anak muda, harus mengetahui potensi diri dan passion-nya. Dengan mengetahui potensi diri dan passion, seseorang bisa dengan mudah memetakan karirnya di masa depan.
”Serta harus mempunyai grit atau ketabahan dalam meniti karir,” ujarnya.