MOJOKERTO, Tugujatim.id – Pernah hidup di dua daerah selalu menyisakan cerita tersendiri, terutama bila dua daerah tersebut mempunyai karakter yang cukup berbeda. Seperti Kota Malang dengan Kabupaten Mojokerto. Hal ini dirasakan oleh Mustiko Romadhoni, warga Kabupaten Mojokerto yang pernah cukup lama tinggal di Kota Malang.
Dhoni, sapaan Mustiko Romadhoni, berbagi pengalaman hidup, salah satunya tentang aktivitas ngopi antara di Kota Malang dengan Kabupaten Mojokerto. Beberapa perbedaan dirasakan Dhoni begitu pulang ke Kabupaten Mojokerto pasca hidup di Kota Malang.
1. Suasana Ngopi di Kota Malang Lebih Bervariasi
Suasana yang dimaksud Dhoni saat ngopi di Kota Malang cukup terkoneksi dengan beberapa orang. Dalam artian, diskusi tentang berbagai hal bisa saja terjadi mulai kondisi politik, sosial kemasyarakatan, hingga isu pendidikan terkini.
“Memang walau di Mojokerto masih ada beberapa hal yang jadi diskusi, namun intensitasnya belum setinggi di Kota Malang. Kami juga merasa bisa lebih los saja pas di Kota Malang,” beber Dhoni, Sabtu (13/04/2024).
Baca Juga: Kerap Dipakai saat Lebaran, Sejarah Unik Baju Koko Ternyata Berasal dari China
Walau begitu, Dhoni merasa beberapa tempat di Kota Malang tersebut banyak tersebar di sekitar kampus. Sebab, kawasan pemukiman mahasiswa seperti kos maupun kontrakan turut berdekatan dengan kedai atau warung kopi. Selain itu, mahasiswa yang sekaligus menjadi aktivis turut menambah ramainya kedai kopi dengan diskusi atau obrolan lain.
“Diskusi juga kami rasa lebih hidup. Beberapa bahan juga disodorkan seperti buku atau sumber dari media massa. Bahkan, banyak bedah buku juga sering kami ikuti saat masih di Kota Malang,” tambah Dhoni.
2. Cukup Banyak Kedai Kopi Literasi
Kedai kopi dengan paduan konsep perpustakaan mini cukup mudah ditemui di Kota Malang. Pengunjung tidak hanya bisa mencicipi kopi atau menu lainnya, buku terbaru pun tidak jarang dibeli pada tempat yang sama. Tidak hanya itu, penerbit buku pun banyak menggandeng kedai kopi untuk melaksanakan beragam acara.
“Tidak hanya bedah buku. Pelatihan menulis, jumpa penulis buku juga banyak. Bahkan, penulis-penulis nasional juga cukup sering mengisi acara di Kota Malang dan acara tersebut adanya di kedai kopi,” terang Dhoni.
Dari kegiatan literasi tersebut muncul relasi-relasi baru. Perjumpaan lewat kedai kopi ini tidak sedikit berujung pada karya maupun pekerjaan di masa depan.
“Ada yang tiba-tiba kerja di toko buku, ada yang bantu jadi editor naskah, macem-macem. Mulainya ya dari kedai kopi tadi,” ujar Dhoni.
3. Imbas Relasi di Kedai Kopi dengan Pekerjaan
Kedai kopi mempunyai seabarek fungsi bagi mahasiswa. Tempat untuk mengerjakan tugas kampus, tempat diskusi, tempat rapat organisasi, bahkan tempat mencari relasi baru. Umumnya seseorang yang akan mengenalkan relasi kepada temannya memilih kedai kopi sebagai tempat pertemuan.
“Bagi kami, kedai kopi itu netral. Orang bisa ngopi santai, bisa ketemuan dengan relasi baru untuk pekerjaan baru atau urusan bisnis. Jadi bisa dibilang cukup membantu untuk perjalanan karir pekerjaan juga,” imbuh Dhoni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati