TUBAN, Tugujatim.id – Dampak wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dirasakan beberapa pihak yang berjualan hewan kurban saat hari raya Idul Adha. Untuk menyiasati wabah ini sebagian penjual hewan kurban memilih menjual berbasis orderan.
Seperti yang dilakukan penyedia hewan kurban milik Nurul Hayat di Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban. Pada tahun-tahun sebelumnya, penjual ini biasanya mendisplay hewannya di stan yang berada di Jalan Delima, Kelurahan setempat.
Tetapi, kali ini hanya melayani berbasis permintaan saja. Pembeli akan diajak ke tempat petani langsung yang memang benar-benar steril dari PMK dan sesuai syarat yang ditentukan.
“Menyediakan sapi tapi terbatas. Ketika ada permintaan, baru dicarikan di petani yang benar steril,” ujar As’ad, pengelola pembeli hewan kurban.
Kondisi virus PMK yang kian hari tak dapat dikendalikan membuat penjual hewan kurban berpikir 100 kali untuk menjual di tempat. Apalagi virus ini sangat cepat menular pada sapi. Dia mengaku harga sapi yang ditawarkan sekitar 17,5 sampai 30 juta.
“Sekarang mikir-mikir. Khawatir tertular jika ditaruh di tempat terbuka,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk penjualan kambing berbanding terbalik dengan sapi, bahkan cenderung meningkat. Selama hampir empat hari membuka penjualan sudah saratusan ekor lebih yang terjual. Tak hanya itu, harganya pun mulai ada kenaikan mulai Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribuan per ekornya.
As’ad menjelalaskna ada dua jenis hewan kambing yang dia jual. Pertama kambing gibas atau domba dengan membuka harga mulai Rp 2 juta – Rp 3,5 juta, lalu kambing Jawa dari harga Rp 2,5 – Rp 5 juta.
“Sampai dengan saat ini seratusan kambing yang terjual,” terangnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim