SURABAYA, Tugujatim.id – Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya akan menerapkan kurikulum tambahan tentang edukasi seks kepada pelajar SD dan SMP. Rencana Dispendik Surabaya soal penerapan kurikulum tersebut akan dilaksakan mulai semester depan.
“Pembahasannya sudah kami siapkan. Nanti akan segera kami jalankan untuk SD kelas 5 dan 6, lalu SMP kelas 7 dan 8. Ini yang akan menjadi bahan pertimbangan karena di usia itu menjadi masa peralihan anak-anak (menuju remaja),” ungkap Kepala Dispendik Surabaya Yusuf Masruh pada Selasa (07/03/2023).
Untuk penerapan kurikulum edukasi seks sendiri, dia mengatakan, rencananya Dispendik Surabaya akan mulai memberlakukan tahun ini pada awal semester depan.
“Penerapannya, maksimal semester depan tahun ajaran baru harus jalan. Ini tinggal ujian-ujian praktik,” paparnya.
Sementara itu, materi-materi yang akan tercantum pada edukasi seks khusus siswa SD dan SMP tersebut seputar pengenalan batasan-batasan apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan.
“Kami siapkan untuk teman-teman guru. Jadi, nanti tentang batasan-batasan anak yang sudah dewasa. Kalau tatanan guru, siswa itu bisa sinkron tentang batasan-batasannya, mana yang boleh dan tidaknya. Ini yang mungkin nanti ke guru agama dan BK,” jelas Yusuf.
Selain itu, komitmen Dispendik Surabaya dalam membangun karakter pelajar melalui eduaksi seks juga akan menyasar pada penguatan aspek religi, akademis, serta talenta ekstrakurikuler di masing-masing pelajar.
“Pak Wali Kota menyampaikan pembentukan karakter dua jam atau lebih. Sebenarnya teman-teman swasta sudah ada yang jalan, tapi kami nguati. Karakter kondisi tadi, minimal di sekolah tuntas aspek agama religinya, akademisnya, tuntas talenta melalui ekstrakurikulernya,” tuturnya.
Jika sudah berjalan secara masif, Dispendik Surabaya akan mengevaluasi berkala. Sebab, menurut Yusuf, setiap sekolah memiliki standar atau karakter masing-masing dalam menerapkan model pembelajaran. Selain itu, juga didukung dengan perubahan-perubahan budaya yang terjadi di setiap era.
“Pendidikan tidak ada target, kami semua harus jalan nanti evaluasi terus nanti ditambah, mana untuk pengembangan anak-anak. Soalnya perubahan budaya, karakter sekolah tidak sama. Saya yakin semua teman-teman guru tahu porsi bagaimana menyampaikan edukasi anak-anak. Cuma kan mesti di-refresh dengan pola-pola. Makanya ada orang tua yang bertanya, kenapa sih pak guru-guru berubah-ubah? Karena menyesuaikan kondisi kebutuhan anak-anak, mode, dan eranya,” jelas Yusuf.
Untuk penyusunan kurikulum edukasi seks sendiri, Yusuf mengatakan, pihaknya akan melibatkan kelompok kerja guru (KKG), musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), musyarawarah kerja kepala sekolah (MKKS), serta akademisi.
Yusuf juga menegaskan bahwa menjadi supervisi, kepala sekolah memiliki andil besar dalam membangun ekosistem lingkungan pembelajaran yang baik dan nyaman di masing-masing sekolah.
“Kepala sekolah itu supervisi. Tidak hanya pada supervisi, pada praktik pembelajaran saja tapi keseharian juga. Mungkin teman-teman kalau ngajar itu bisa dimonitor. Di setiap sekolah punya standar masing-masing dari kondisional perilaku, model pembelajaran. Nah, saya yakin sudah ter-manage,” ujarnya.