News  

Ditinggal Liburan ke Tulungagung, Rumah Warga Kediri Ini Jebol Diterjang Tanah Longsor

Tanah longsor. (Foto: Pipit Syahrodin/Tugu Jatim)
Poniman, warga Dusun Beru, Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, ini menunjukkan tembok yang jebol diterjang bencana tanah longsor. (Foto: Pipit Syahrodin/Tugu Jatim)

KEDIRI, Tugujatim.id – Mata merah dan sayup tampak jelas di wajah Poniman. Pria berusia 39 tahun, warga Dusun Beru, Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, itu harus tabah menerima kenyataan jika rumahnya tertimbun bencana tanah longsor akibat hujan deras yang mengguyur desanya pada Minggu (02/01/2022), pukul 15.00.

Tentu saja bencana tanah longsor itu menyisakan kesedihan bagi Poniman dan keluarganya. Lantaran rumah yang sudah dia tinggali selama 15 tahun itu jebol dan dipenuhi lumpur. Awalnya dia dan keluarganya tiba dari berlibur ke pantai yang berada di Tulungagung. Setibanya di halaman rumah, alangkah kagetnya dia melihat dapur dan kamarnya jebol.

“Tidak ada orang di rumah, baru pulang dari pantai, saya tidak mengira kalau sampai kayak gini, di daerah bawah hujannya cuma rintik-rintik,” ungkapnya sambil terduduk dan matanya berkaca-kaca.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani jagung itu merupakan orang yang terdampak paling parah. Dapur berdinding papan kayu yang biasa digunakan istrinya untuk memasak pun roboh separo, tanah tebing juga menimbun peralatan masak yang biasa digunakan. Tak cukup itu saja, kamar berdinding bata berukuran sekitar 3x 2 meter juga ikut teruruk.

Kondisi rumah yang berada di dataran tinggi dan masih tampak jelas tebing setinggi 15 meter di belakang rumahnya, membuat pria satu anak itu tidak bisa tidur dengan nyenyak. Di dalam hati dan pikirannya takut terjadi tanah longsor susulan ketika hujan tiba.

“Semalam, kalau tidak hujan ya sama keluarga tidur di rumah saya. Kalau hujan, tidur di rumah orang tua saya,” tuturnya.

Kini dia hanya bisa pasrah dengan musibah yang di alaminya. Dia sebenarnya sudah tahu kalau daerah dijadikan tempat bermukim itu rawan tanah longsor.

“Ya pasrah, memang daerahnya kayak gini, tapi mau gimana lagi tidak punya tanah selain di sini,” ujarnya.

Saat ini yang biasa dia dan keluarganya lakukan hanyalah membersikahkan sedikit demi sedikit tanah yang menimbun rumahnya. Dia bersyukur tidak ada korban jiwa dan berharap kejadian tersebut tidak terjadi lagi.

“Wong namanya juga musibah, dulu-dulu juga tidak pernah ada bencana. Ya sekarang kalau hujan lebih berhati-hati lagi, kalau deras sebisa mungkin keluar dari rumah,” ujarnya.