BOJONEGORO, Tugujatim.id – Untuk menyambung tali persaudaraan, silaturahmi akan terus berlanjut meski di masa pandemi Covid-19. Karena itu, kali ini saya mendatangi kantor dinas lingkungan hidup (DLH). Selain untuk menggali sebuah data, saya juga harus menemui kepala bidang yang menangani masalah yang akan saya gali. Sebelumnya, saya sudah membuat janji dengan Ibu Muhayanah. Setelah sampai di depan ruangan beliau, ternyata tamunya lumayan banyak, jadi saya memutuskan untuk menunggunya.
Bukannya berkurang, tamu Ibu Muhayanah terus berdatangan, sedangkan saya harus menunggu beberapa waktu. Tak apa, mungkin urusan dengan tamu-tamu tersebut lebih urgen.
Setelah hampir satu jam, satu per satu tamu mulai keluar dari ruangan. Tak mau membuang kesempatan, saya langsung berlari menuju depan pintu ruangan Ibu Muhayanah. Tak berselang lama, beliau membukakan pintu dan mempersilahkan saya masuk.
Kami bercengkerama panjang lebar mengenai masalah yang saya tanyakan kepada beliau. Rasa gugup yang biasanya datang ketika berbicara dengan orang pertama kali bertemu, justru kali ini tak ada sama sekali. Ibu Muhayanah ini sangat ramah.
Bahkan, di akhir percakapan, beliau menasehati saya pentingnya rasa syukur dan memaknai sebuah masalah dengan lapang dan ikhlas. Seperti yang terjadi saat diberlakukannya PPKM Darurat dan mengharuskan beberapa instansi untuk bekerja di rumah.
“Justru kalau kita WFH banyak pelajaran yang bisa diambil. Yang biasanya nggak bisa salat berjamaah, sekarang bisa salat berjamaah bareng keluarga. Yang biasanya jarang baca Alquran, sekarang bisa lebih banyak waktu untuk membacanya,” kata Ibu Muhayanah.
Beliau juga mengajarkan belajar mensyukuri nikmat yang telah diberikan, bahkan rasa capek setelah bekerja seharian juga bisa menjadi nikmat jika bisa disyukuri.
“Dulu saya pulang pergi Bojonegoro-Gresik naik bus selama 20 tahun. Setiap hari selama perjalanan naik bus itu saya senang sekali karena banyak temannya, bisa menikmati suasana jalanan,” sambungnya.
Beliau juga menceritakan bagaimana teman-temannya tidur di bus dengan hawa yang panas dan berdesak-desakan.
“Bahkan, saya di dalam bus itu melihat teman lagi tertidur pulas. Padahal, busnya dulu kan panas dan sumuk ya, tapi teman saya bisa tidur nyenyak. Saya berpikir betapa nikmatnya rasa capek. Kalau kita nggak lagi capek kan nggak bisa to tidur sepulas itu di dalam bus,” tuturnya.
Tak hanya pengetahuan baru, silaturahmi kali ini juga mendapat pelajaran tentang hidup, yaitu bagaimana cara kita mensyukuri semua yang telah Tuhan berikan kepada kita sehingga bisa membuatnya menjadi sebuah kenikmatan.