Tugujatim.id – Hari Minggu (19/2/2022) merupakan hari ke-9 saya berada di gedung isolasi terpusat (Isoter) di Grogol, Kabupaten Kediri. Tempat saya dijauhkan dari kehidupan sosial supaya tidak menularkan virus yang bernama Covid-19.
Konon kali ini varian Omicron, entah harus ada berapa banyak varian yang akan muncul lagi. Yang jelas, ini adalah gelombang 3 lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Kediri. Saya termasuk salah satu penyumbang lonjakan itu.
Tentunya, pemerintah menyiapkan instrumen untuk mengatasi kasus ini supaya tidak semakin parah. Salah satunya dengan menampung para pasien virus asal China itu di salah satu tempat untuk isolasi. Seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Kecamatan Grogol, tempat saya dijauhkan dari aktivitas masyarakat yang sehat.
Cuaca di pagi itu terlihat cerah. Matahari tidak malu lagi menampakan dirinya. Setelah beberapa hari berbalut awan hitam dan cucuran air hujan. Tapi, penghuni Isoter sudah mulai berkurang. Ini membuat suasana menjadi kian sepi. Beberapa penghuni sudah pulang untuk melanjutkan proses kehidupannya. 6 orang dari 17 penghuni yang biasanya setiap pagi duduk berjemur bersama, termasuk makan siang bersama sudah diizinkan meninggalkan tempat ini.
Pagi itu, Saya, Ina, billa, Adi adalah orang paling tidak betah di kamar yang masih tersisa. Teman yang lain lebih memilih untuk menyepikan diri di dalam kamar. Kami berempat seperti biasa hanya berkumpul di depan kamar 1A setelah memanaskan badan di halaman Isoter.
Masalah utama penghuni isoter adalah rasa jenuh. Tidak ada kegiatan untuk mengusir rasa itu selain berdiam diri dan berjemur. Kalau urusan gizi sudah teratasi dengan ransum makan 3 kali sehari dengan komposisi 4 sehat. Nasi, sayur, dan lauk berprotein wajib ada setiap ada hidangan makanan bahkan setiap siang buah menjadi pelengkap.
“Paling tidak ayam, ikan, telur selalu ada, kalau kata saya itu sudah makan enak,” pikir saya dalam benak.
Masalah kejenuhan ini tidak bisa dipandang remeh. Sebab, dalam proses penyembuhan akibat paparan Covid-19, hati yang gembira dan pikiran yang positif berpengaruh pada imunitas tubuh untuk menghalau serangan virus di tubuh.
Akibat kejenuhan yang dia rasakan, Ina gadis berusia 23 tahun yang juga mahasiswa kebidanan di salah satu perguruan tinggi di Kediri, akhirnya terpikirkan ide sederhana yang selama ini terlewatkan. Dia yang baru masuk tiga hari itu meminta tolong petugas jaga membelikan bola plastik untuk bermain voli sebagai kegiatan mengalihkan kejenuhan.
“Harusnya di tempat ini ada fasilitas kayak buat olahraga biar ada kegitan. Tidak hanya duduk dan berdiam di kamar, sepeti meja ping-pong atau bola buat voli. Aku tak bilang ke bapaknya suruh belikan bola plastik,” keluhnya dengan suara rendah dan dengan cepat pergi ke tempat penjaga.
Tak lama, bola itu pun datang bersama dengan nasi kotak untuk makan siang. Ya, makan adalah hal yang menggembirakan di Isoter. Pasalnya, setiap hari waktu makan adalah hal yang dinanti. Hal itu membuat rasa gembira kami bertambah. Sehingga sedikit melupakan serangan virus di badan.
Saya teringgat kata petugas BPBD yang setiap hari mengirimkan makan ke panghuni Isoter. Dia mengatakan bahwa menjalani isolasi yang paling utama adalah pikiran. Penyembuhan Covid-19 yang paling penting pikiran harus tenang.
“Kalau di Isoter, jangan berpikir yang negatif dibuat senang aja. Jangan berdiam diri dikamar terus. Keluar jalan-jalan,” ungkap pria berbaju orange itu.
Sebenarnya, kalau dicermati dan mau sedikit jalan mengitari sudut tempat ini, ada hal yang sangat menarik dan dapat membuat suasana hati menjadi adem. Dengan sedikit keringat, naik ke lantai 3 dan menghadap ke barat dapat melihat pemandangan cantik.

Panorama gunung Wilis dapat menjadi penyejuk hati. Selain itu, pemandangan lalu-lalang truk dan bukit-bukit yang dibelah dari proyek pembangunan bandara dapat menjadi alternatif untuk beranjak dari tempat tidur.