Tugujatim.id – Klasterisasi perguruan tinggi tahun 2024 telah menuntut aspek kinerja perguruan tinggi agar menjadi lebih baik. Tuntutan tersebut berlandaskan dari basis data Akreditasi Perguruan Tinggi dan Sinta Score Affiliation. Data tersebut ditarik dari verifikasi dan validasi oleh verifikator oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Perguruan Tinggi.
Tarikan data kinerja dari LPPM ini berupa penulis (author), afiliasi (affiliation), jurnal (journal), kekayaan intelektual (intellectual property rights), dan buku (book). Data kinerja ini memiliki bobot masing-masing meliputi (1) Kelembagaan 15% (2) Sumber Daya manusia 15% (3) Penelitian 15% (4) Pengabdian Kepada Masyarakat 15% (5) Publikasi 25% (6) Kekayaan Intelektual 10%.
Data kinerja bidang publikasi ini merupakan nilai bobot yang terbesar yang memiliki klasisifikasi komponen penilaian (1) Jumlah Publikasi Artikel Ilmiah, buku ajar, buku monograf, dan buku referensi. (2) Jumlah sitiran karya ilmiah yang terindeks pada scopus, Web of Science, Garuda dan Google Scholar. Point (2) pada klasifikasi bidang publikasi merupakan PR besar bagi kinerja dosen di perguruan tinggi.
Pasalnya dosen harus dituntut juga memiliki jumlah sitiran karya ilmiah sebanyak mungkin untuk mengkatrol Sinta Score Affiliation. Kebijakan ini sejalan dengan keadaan rekam jejak digital jenjang karir seorang dosen sebagai seorang pelaksanan pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu melakukan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dosen hanya dengan gemar pendidik atau mengajar saja tidak cukup untuk mengubah angka kredit karir profesi dosen, dibutuhkan kesimbangan angka kredit lainnya untuk menitih karir yang lebih tinggi seperti kegiatan pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat. Angka kredit pelaksanaan penelitian memiliki nilai bobot yang lebih tinggi daripada pelaksanaan pengabdian masyarakat yang standartnya hanya sebagai pelengkap dan penunjang angka kredit.
Bagi dosen yang gemar meneliti dan mengabdi, dipastikan juga dianugrahi dengan insting kemampun menulis artikel ilmiah dan artikel pengabdian dengan baik. Namun, masih banyak juga insting tersebut semakin terkikis dengan dalih kesibukan administrasi, kurang bahan, alat uji, dan modal dana untuk melakukan penelitian sehingga kegiatan pelaksanaan penelitian dosen mandeg ditengah jalan.
Dampaknya dosen terkena syndrome penyakit malas untuk menulis yang berujung nilai Sinta Score Affiliation tidak kunjung naik, sehingga peran dari integritas seorang dosen yang merupakan ujung tombak dari transformasi teknologi, mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan telah diragukan.
Efek pertumbuhan nilai Sinta Score Affiliation sangat berperan penting bagi dosen untuk mengusulkan dana penelitian yang disediakan oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM). Sebagai contoh, pengajuan dana penelitian bagi dosen pada perguruan tinggi dengan klaster utama dan mandiri harus memiliki ketentuan minimal jabatan fungsional Lektor, dan memiliki Sinta Score Overall minimal 300 untuk bidang saintek dan 100 untuk bidang soshum dan seni.
Munculnya kebijakan acuan Sinta Score Affiliation ini membuat dosen yang terkena syndrome malas menulis ini semakin dilema untuk mendapatkan dana hibah penelitian dan pengabdian masyarakat, karena mereka dituntut dengan publikasi tulisan artikel ilmiah.
Gembong Kartel Sitiran
Standart kebijakan Sinta Score Affiliation tersebut dijadikan salah satu komponen acuan dasar syarat administrasi untuk bisa bersaing dalam pengajuan dana hibah penelitian di lingkup DRTPM. Dampaknya para dosen peneliti semakain giat untuk menulis pada laman jurnal terindeks database Sinta, Scopus, Web of Science, Garuda dan lain sebagainya untuk menaikkan score sinta.
Selain itu para pengelola jurnal juga berlomba-lomba untuk menaikkan standart akreditasi jurnalnya agar menarik para penulis untuk mensubmit pada jurnal yang dikelolanya. Kebijakan tersebut sangat baik namun juga meresahkan bagi dosen yang terkena syndrome menulis, pasalnya mereka harus giat menulis untuk mencapai agregrat batas minimum score sinta yang diijinkan DRTPM untuk bisa berkompetisi pengajuan dana hibah penelitian ketingkat yang lebih tinggi.
Keresahan tersebut mentriger ide-ide cerdas bersifat negatif secara mufakat dan terkoordinasi secara sepihak untuk meningkatkan score sinta secara instan. Celah kelicikan ini menyebar seperti virus yang menjangkit para penulis dan pengelola jurnal dengan membentuk suatu Gembong Kartel manipulasi jumlah sitiran melalui self citation yang diluar batas kewajaran dan titipan pesan untuk saling sitir antar kolega gembong kartel sitiran meskipun diluar ruang lingkup disiplin ilmu yang ditekuninya.
Pertanyaan yang mendasar adalah apakah celah inspirasi pesan saling sitir tersebut merupakan tindakan legalitas dan beretika ? Tidak bisa dijustifikasi secara langsung, jika kita melihat konteks yang lebih luas dari kasus dilapangan pesan saling sitir merupakan konsekuensi dari pergaulan lingkungan akademis yang kurang objektif. Hal ini tidak dapat dipungkiri saat kita berada didalam didunia akademis. Kita selalu menjunjung tinggi etika dalam bergaul antar teman sejawat. Terkadang tindakan saling sitir merupakan dalih dan upaya untuk menghormati rekan kolega antar teman sejawat.
Sementara, tindakan ini secara tidak sadar mengalami dampak yang sangat luar biasa. Bernilai positif terhadap score sitiran kita, namun bernilai negatif terhadap rekam jejak digital karya kita, yang dapat diasumsikan sebagai publikasi dengan prestasi abal-abal. Hal tersebut bersifat melekat dan permanen.
Menurut penulis, publikasi merupakan tindakan tanggung jawab mengembangkan keilmuan yang berdampak pada karir. Oleh sebab itu, pentingnya sikap kehati-hatian dan kritis terhadap pergaulan lingkungan akademis yang kurang objektif sebaiknya dihindari karena merugikan dari tanggung jawab sosial.
Rekomendasi
Hasrat dan kemauan menulis bagi seorang dosen tidak harus dimulai dari bakat melainkan dari atmosfer lingkungan akademis yang mendukung. Lingkungan menulis ini harus terbentuk bermula dari saling belajar membelajari melalui program Duta Talent Scouting menulis jurnal bagi dosen untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan beretika dalam menulis ilmiah.
Agar tepat sasaran, pencarian bakat menulis melalui program Duta Talent Scouting menulis artikel ditujukan pada sasaran perguruan tinggi dengan klaster binaan, pratama, madya, utama dan sebaiknya perguruan tinggi mandiri sebagai tutor. Hasil pencarian bakat tersebut dijadikan duta dosen untuk saling belajar membelajari di instansinya masing-masing sebagai upaya untuk mengubah atmosfer literasi menulis.
Sebagai tolak ukurnya, para duta tersebut diberikan kesempatan tiket lanjutan untuk berkompetisi pengajuan program bantuan tuan rumah pelaksanaan konferensi ilmiah jenjang nasional atau jenjang internasional. Alangkah baiknya jika program Duta Talent Scouting tersebut diprakarsai oleh Kemendikbudristek untuk saling mendorong pembelajaran menulis dengan menjunjung tinggi etika serta berkembang bersama untuk menumbuhkan karakter bangsa yang berintegritas positif.
Catatan
Tulisan ini bertujuan untuk membangun pergaulan lingkungan akademis yang obyektif ditengah-tengah kebijakan perbaikan peningkatan kualitas publikasi. Tulisan ini juga merupakan luaran akhir dari mata kuliah Teknik Penulisan dan Publikasi Ilmiah yang ditulis oleh Kurriawan Budi Pranata dari Universitas PGRI Kanjuruhan Malang yang sekarang menempuh program doktor bidang fisika di Universitas Brawijaya Malang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Penulis: Kurriawan Budi Pranata S.Si, M.Si.
Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas PGRI Kanjuruhan Malang