TUBAN, Tugujatim.id – Gerakan Tuban Menulis (GTM) terus membumikan literasi. Terbukti, puluhan pegiat literasi di Bumi Wali ini hadir untuk mengampenyakan virus minat menulis di kalangan pemuda-pemudi.
Kegiatan ini tetap terlaksana semarak dan khidmat meski di tengah pandemi Covid-19 di salah satu rumah makan di Desa Bogorejo, Kecamatan Merakurak, Tuban, Jatim, Minggu (21/02/2021).
Kepala Suku GTM Mutholibin mengatakan, ini adalah amanah dari pendiri bangsa untuk menjaga agar manusia tetap sehat pikirannya.
“Jadi, jati diri kemanusiaan itu semakin luntur. Karena itu, tujuan kami untuk mengembalikan kemanusiaan dengan cara mengampanyekan berdialog dan berdiskusi untuk menjaga agar tetap sehat pikirannya,” ujarnya.
Bung Bin-sapaannya akrabnya- menambahkan, jika membaca postingan di media sosial (medsos) tentang hal negatif seperti ponografi hingga pencurian atau pelecehan seksual anak, maka itu akan menarik warganet untuk berkomentar hingga ribuan orang.
“Apakah itu sehat pikirannya? Maka dengan forum ini kami menjaga kesehatan dalam berpikir,” jelasnya lagi.
Mengapa buku menjadi penting karena di masa depan pasti akan dikuasai robot. Dalam artian, bukan hanya ada robot mesin saja, tapi manusia akan berpolah seperti robot.
“Maka dengan tulisan yang diarsipkan oleh teman-teman penulis apalagi dicetak, ini ke depannya menjadi barang yang langka,” katanya.
Setelah itu keenam narasumber penulis buku secara bergantian memaparkan tulisan-tulisannya. Mereka adalah Muhammad Nuchid dengan bukunya (Kitab Al-Guyonan), Uswatun Khasanah (penulis buku best seller-nya NKRI Perpektif KH Marzuki), Marzuki (santri Pondok Tanggir), Sugiyanto (pendiri Taman Baca Lirih Huruf), Lukman Hakim Andai (santri Pondok Tanggir), dan 6 Kang Arif (santri Permanent).
Muhammad Nuchid, penulis buku Kitab Al-Guyonan yang bukunya dicetak di Elex Media Komputindo ini saat menjabarkan tulisannya mengatakan, menulis adalah salah satu untuk mengekspresikan isi pikiran.
“Mengekspresikan isi pikiran itu salah satunya dengan menulis, meski ada beragam ekspresi menyalurkannya,” ujarnya.
Sementara untuk bukunya ini berisikan guyonan, tapi isinya tentang keagamaan yang dikemas dengan ringan. (Mochamad Abdurrochim/ln)