MALANG – Kota Malang kembali menjadi bahan perbincangan di lini masa lantaran video viral yang menunjukkan jenazah pasien PDP COVID-19 dicium salah satu anggota keluarga. Informasi yang dihimpun, lokasi video itu ada di Kota Malang, tepatnya di Rumah Sakit Tentara (RST) Soepraoen, Malang.
Jenazah laki-laki yang belakangan diketahui adalah pendiri sebuah masjid ini merupakan warga Buring, Kota Malang. Ia ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19 karena memiliki gejala klinis. Saat itu, jenazah akan dibawa ke RS Saiful Anwar untuk dipulasarakan dan dikubur dengan standar prosedur COVID-19.
Hingga kemudian terjadilah insiden fatal tersebut. Dalam video berdurasi hampir dua menit itu, tampak seorang pria berpeci membuka paksa kantong jenazah dan kemudian mencium jenazah. Ia tampak menyangkal berbagai imbauan petugas. Dia juga sempat merebut dan menggeret jenazah untuk dibawa pulang menggunakan mobil pribadi.
”Gowo moleh ae, gak usah digowo nang Celaket. Aku sing nggowo moleh. Wis meneng, nggak usah (Dibawa pulang saja. Gak usah dibawa ke RSSA. Sudah diam. Tidak perlu),” kata pria itu dalam video dengan nada tinggi.
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, mulanya jenazah sudah akan diberangkatkan ke RSSA. Hingga kemudian terjadi friksi alias perpecahan dalam keluarga dimana ada satu anggota yang menolak jenazah dibawa, dimakamkan sesuai prosedur. Informasi yang dihimpun Sutiaji, keluarga menolak dikarenakan hasil rapid test jenazah non-reaktif.
”Jadi sebenarnya ada friksi. Tadinya keluarga sudah patuh. Tapi ada satu anggota yang menolak lalu nyelonong merebut, membuka paksa hingga mencium jenazah. Nah akhirnya banyak anggota keluarga yang terprovokasi dengan pria ini,” ungkapnya kepada awak media, Selasa (11/8/2020).
Sebagai tindak lanjut Satgas COVID-19, pihaknya langsung melakukan tracing dan rapid test terhadap semua anggota keluarga terkait di insiden itu. Dan, khusus untuk pria yang mencium kata Sutiaji adalah warga domisili luar kota. Hasilnya, masih belum diketahui. ”Nanti kita akan tindak lanjuti segera,” katanya.
Sutiaji menyayangkan atas kejadian ini mengingat angka kasus COVID-19 di Kota Malang masih tinggi. Ia meminta maaf atas ketidaktegasan perangkat daerah setempat dalam mengantisipasi kejadian fatal seperti ini. ‘
‘Kalau liat videonya kan terkesan ada pembiaran. Tidak tegas. Seharusnya pihak lurah bisa bergerak cepat untuk nge-cut,” ujarnya.
Selain itu, ia juga ingin dari pihak rumah sakit untuk mempercepat proses pemulasaraan sehingga tidak sampai terjadi insiden fatal.
“Saya minta agar rumah sakit ada percepatan penanganan. Jangan sampai ada proses panjang sehingga memberi ruang orang untuk membisiki untuk membawa pulang jenazah,” jelasnya.
Sutiaji juga mengklarifikasi bahwa jenazah ini akhirnya tetap dimakamkan sesuai prosedur. Dalam video yang beredar, papar dia hanya terpotong di adegan perebutan jenazah. Faktanya, jenazah tidak jadi dipulangkan ke rumah duka.
”Itu akhirnya keluarga setuju jenazah dikubur sesuai prosedur. Jenazah juga sempat disalati tapi tidak turun dari ambulan. Sementara, soal sudah di-swab atau belum, nanti saya tindak lanjuti,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Gigih Mazda