MALANG, Tugujatim.id – Sebagai Kota Pendidikan, Kota Malang terus berupaya menjamin hak setiap warganya dalam memperoleh pendidikan yang setara. Salah satunya, melalui Jarik Ma’Siti yang diinisiasi oleh SMPN 10 Kota Malang.
Jarik Ma’Siti merupakan akronim dari Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa. Jarik Ma’Siti menjadi terobosan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus yang mengenyam pendidikan di sekolah reguler.
Dalam realisasinya, pengembangan inovasi Jarik Ma’Siti rupanya sukses menjawab tantangan adanya ketimpangan rasio guru pendamping khusus dengan siswa istimewa yang masuk pada sekolah reguler. Sebab, sejak diimplementasikan pada 2020, Jarik Ma’Siti telah membantu lebih dari 570 siswa istimewa dan telah direplikasi di 29 SMP di Kota Malang.
Pencapaian itu bahkan membawa Pemerintah Kota Malang melalui SMPN 10 meraih apresiasi sebagai Top Inovasi Terpuji tingkat Jawa Timur 2022.
Maka tidak heran, Jarik Ma’Siti kembali terpilih sebagai Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari total 2.135 inovasi se-Indonesia yang saat ini sedang dalam seleksi menuju Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2023.
Usai melalui tahap presentasi dan wawancara pada awal Juli (07/07/2023), Jarik Ma’Siti masuk ke fase verifikasi dan observasi lapangan (25/07/2023). Selanjutnya, Tim Panelis Independen (TPI) akan melakukan sidang untuk menentukan Top Inovasi Terpuji.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji menyebut, inovasi Jarik Ma’Siti menjadi salah satu wujud atensi pemkot terhadap kebutuhan kelompok rentan seperti anak-anak istimewa.
“Berkaitan dengan Jarik Ma’Siti, ini menjadi linier dengan apa yang telah digagas di awal. Kami punya keyakinan bahwa anak itu punya potensi, semua punya keistimewaan dan bisa membantu mengembangkan potensi-potensi tersebut,” ujarnya.
Sutiaji menambahkan, hadirnya Jarik Ma’Siti turut menjadi wujud nyata pemerataan layanan pendidikan di Kota Malang bagi seluruh masyarakat, termasuk anak-anak istimewa.
“Kami menetapkan (Kota Malang) Kota Inklusi, untuk itu tidak ada pembeda dalam memberikan pendidikan. Setiap pendidik kami bekali pembelajaran lewat Jarik Ma’Siti karena secara psikologis anak istimewa harus mendapatkan pendidikan yang setara,” jelasnya.
Karena itu, Sutiaji mengapresiasi kinerja jajaran guru maupun tenaga pendidik. Dia menyebut bahwa inovasi Jarik Ma’Siti akan mengharumkan nama Kota Malang. Terlebih inovasi pembelajaran ini telah memberikan manfaat luar biasa.
Sutiaji pun berharap agar para pendidik maupun pengajar dapat menjadi fasilitator dan motivator bagi anak-anak istimewa untuk mengembangkan potensinya.
“Saya tekankan, pendidik dan pengajar adalah fasilitator, motivator, agar anak itu bangkit dengan potensi yang diberikan oleh Tuhan,” tegasnya.
Dengan demikian, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Suwarjana optimis apabila inovasi ini bisa berhasil jika diterapkan di berbagai sekolah yang menghadapi permasalahan serupa.
“Kebijakan replikasi ke seluruh sekolah di Kota Malang telah kami siapkan sehingga dengan Jarik Ma’Siti ini, siswa istimewa dan siswa reguler bisa berbaur, tidak ada perbedaan,” ujarnya.
Writer: Feni Yusnia
Editor: Dwi Lindawati