Bisnis  

Kampung Lele Karanglo Mojokerto, Budi Daya Ikan di Permukiman Padat Penduduk

kampung lele tugu jatim
Gapura depan kampung lele Karanglo. Foto: Fio Atmaja

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Budi daya ikan lele umumnya dilakukan oleh diri pribadi. Namun, sebuah kampung di Mojokerto, tepatnya di Karanglo Gg 1/32 Wates, Magersari, Kota Mojokerto , Jawa Timur, mempunyai kampung lele. Uniknya, kampung tersebut berlokasi di permukiman padat penduduk.

Totok Winaryo (46) menjadi pelopor Kelompok Budi Daya Ikan (Pokdakan). Kelompok yang dinamai Wahyu Lele 2 itu awalnya diinisiasi Totok dengan memanfaatkan lahan rumah yang masih tersisa. Dia membudidaya lele dengan sistem kolam bioflok yang terbuat dari terpal.

Totok bercerita, awalnya ia merintis budi daya itu secara mandiri sejak Agustus 2022 silam. Melalui sejumlah pelatihan budi daya lele yang dia ikuti, bermodal keberanian, Totok mencoba berusaha mandiri.

kampung lele tugu jatim
Totok Winaryo di depan kolam lelenya, pada Minggu (26/2/2023). Foto: Fio Atmaja

“Awalnya saya ikut Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Lalu setelah saya lihat ternyata KUBE itu tidak bisa berjalan kalau dikelola banyak orang. Saya ambil pengalaman aja dari situ. Terus ikut-ikut pelatihan dulu, dan kasih contoh dulu ke warga. Akhirnya banyak yang tertarik, alhamdulillah,” ucapnya, di rumahnya, pada Minggu (26/2/2023).

Masih sambung Totok, bagi yang ingin ikut, tiap-tiap peternak lele diwajibkan punya minimal tiga kolam sebagai awal usaha. Tiga kolam awal itu bisa meraih keuntungan mulai 40 hingga 50 persen setiap kali panen.

“Bermodal nekat saja. Saya coba awalnya bikin tiga kolam lele di halaman rumah itu. Modal awalnya Rp3 juta dulu. Lalu masing-masing kolam isinya sekitar 5.000 bibit, kolam ukuran 56 cm,” terangnya.

Sedikit demi sedikit, usaha Totok membuahkan hasil. Tak kurang dari 13 orang ikut menjadi anggota kelompok usaha yang dirintisnya. Terbaru, sudah ada 42 kolam bioflok yang aktif.

Meski cara memberi pakan lele terbilang mudah, namun oleh Totok, ada trik khusus untuk pemberian pakan itu. Setiap tiga hari sekali, takaran pakan yang diberikan untuk ribuan bibit itu harus ditambah takarannya hingga waktu panen tiba.

Mulai hari pertama sampai ketiga, setelah bibit lele ditabur ke kolam bioflok, pakan yang dibutuhkan cukup 3 ons pelet. Dari pakan 3 ons itu dibagi 1 ons pada pagi hari, 1 ons untuk sore hari dan 1 ons lagi untuk malam hari. Jumlah tersebut ditambah 1 ons takaran seterusnya sampai masa panen.

Diakui Totok, dia rela berkeliling mengawasi angka PH dan kejernihan air setiap hari di setiap kolam milik anggotanya. Sebab, angka PH dan tingkat kejernihan air kolam berpengaruh terhadap tumbuh kembang lele.

“Pantauan dan grading (penilaian) itu pasti setiap hari. Biar lele yang dihasilkan bisa maksimal dan ukurannya memuaskan serta menjaga PH-nya ga boleh diatas angka 8. Jadi pagi dan sore amoniaknya harus dibuang, biar panen maksimal,” jelasnya.

Sistem panen lele itu dilakukan setiap dua bulan sekali. Untuk pemasaran, lele siap panen dijual ke tengkulak dengan harga Rp18 ribu per kilogram, dan Rp21 ribu per kilogram untuk warga umum yang ingin membeli langsung dari Pokdakan Wahyu Lele 2.

Kamis lalu (16/2/2023), Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari bahkan mencanangkan Karanglo I/32 Wates, Magersari, Kota Mojokerto sebagai Kampung Lele. “Saya berharap banyak masyarakat dari berbagai daerah yang membutuhkan ikan lele bisa datang di Kampung Lele Karanglo, Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ini,” ucapnya.