TRENGGALEK, Tugujatim.id – Kabupaten Trenggalek kembali ditetapkan menjadi zona merah penyebaran Covid-19, Jumat (23/7/2021). Sebelumnya, wilayah Bumi Menak Sopal sebenarnya berada dalam zona orange (paparan sedang, red), namun banyaknya kasus baru dan tingginya angka kematian membuat Trenggalek kembali ke zona paparan tinggi.
Mengenai perubahan zona merah yang ada di Kabupaten Trenggalek Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Kabupaten Trenggalek dr Saeroni membenarkan peningkatan zona risiko paparan di Kabupaten Trenggalek per Rabu (21/7/2021) lalu. Hal ini dipicu lonjakan kasus positif dan dibarengi dengan kasus kematian yang tinggi.
“Pemicu (zona merah, red) memang angka paparan dan kematian masih tinggi,” ungkapnya.
Meningkat 100 Kasus per Hari
Menurutnya, peningkatan kasus per hari lebih dari 100 kasus. Sementara kasus kematian per hari mencapai 20 orang pada Selasa (22/7/2021). Tak cukup itu, kondisi pasien yang datang ke fasilitas kesehatan (faskes) juga memprihatinkan. Rata-rata pasien menunjukkan gejala mulai dari panas, lemas, dan bahkan saturasi oksigen hanya 40-50 persen.
“Jadi, kasus harian sudah tinggi dan banyak pasien dalam kondisi yang parah. Saturasi oksigen di bawah 90 persen,” ujarnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Saeroni mengaku dinkes sudah mengambil langkah antisipasi untuk menekan fatalitas paparan Covid-19 melalui testing sejak dini.
Hal ini penting agar pasien dapat penanganan lebih cepat sehingga tingkat fatalitas bisa diminimalisasi. Namun, lanjut dia, ada sebagian masyarakat yang sengaja tak mau dites.
Konsekuensinya, mereka tak dapat obat. Jadi acapkali hal itu terbukti ketika masuk ke rumah sakit dalam kondisi sudah parah.
“Sudah kami lakukan dengan memberikan obat kurun waktu kurang dari lima hari. Sebab, ketika tak diberi obat kurun lima hari, daya tahan tubuh akan menurun,” tegasnya.
Diketahui lonjakan pasien baru Covid-19 di Kabupaten Trenggalek membuat rumah sakit mengalami kelebihan kapasitas. Tak pelak, banyak pasien yang terpaksa dirawat di luar IGD.
Menyikapi itu, Saeroni mengatakan, pemerintah sudah memiliki rencana untuk memanfaatkan Puskesmas Slawe dan eks RS Mardi Mulyo untuk menambah kapasitas.
“Kapasitas di Puskesmas Slawe itu ada 25 pasien, sedangkan eks RS Mardi Mulya ada 50-an. Semoga dalam waktu dekat sudah bisa dioperasionalkan,” pungkasnya.