Tugujatim.id – Menggertakkan gigi atau bruxism adalah kebiasaan menggesekkan gigi rahang bawah dan atas dengan kuat sehingga terdengar bunyi yang keras. Terkadang Anda melakukannya secara tidak sadar pada siang atau malam hari ketika tidur (sleep bruxomania). Kebiasaan ini bisa jadi mengganggu Anda, juga orang lain.
Dampak yang dihasilkan dari bruxism tidak main-main. Dikutip dari halodoc, kebiasaan tersebut dapat menyebabkan gangguan seperti gigi patah, longgar, gangguan pada rahang, sakit kepala, dan lain-lain.
Orang-orang biasanya tidak menyadari bahaya bruxism hingga merasakan dampaknya yang besar. Penting sekali untuk mengetahui penyebabnya. Berikut ini 6 penyebab kebiasaan menggertakkan gigi.
1. Warisan secara Genetik
Bruxism berpotensi dialami oleh orang yang memiliki garis keturunan yang punya kebiasaan tersebut. Kebiasaan itu rupanya bisa diwariskan. Misalnya, seorang anak yang bruxism bisa jadi mengikuti gen orang tuanya yang juga demikian.
2. Merasa Cemas atau Marah
Menggertakkan gigi bisa disebabkan oleh gangguan psikologis. Ketika seseorang cemas, marah, stres atau mengalami tekanan, maka kadang tanpa sadar menggertakkan gigi. Kebanyakan dokter mengatakan bahwa stres merupakan penyebab utama bruxism.
Dikutip dari hellosehat.com, kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur menjadi pertanda anak mengalami bullying. Sebuah penelitian mengamati remaja usia 13-15 tahun yang terkena bullying lebih berpotensi mengalami bruxism dibanding yang tidak mengalaminya.
Pada orang dewasa, bruxism dialami karena permasalahan yang membuatnya cemas dan tertekan. Dalam kegiatan sehari-hari mungkin ada hal yang memicu emosi menjadi tidak stabil, cemas, marah, stres, hingga otot menjadi tegang. Ketegangan otot rahang itulah yang menyebabkan gigi saling beradu.
3. Gangguan Tidur
Orang yang memiliki gangguan tidur seperti sleep apnea atau sleep paralysis (ketindihan) juga bisa menjadi penyebab seseorang mengalami bruxism. Sleep apnea sendiri adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan berhenti sesaat. Sedangkan sleep paralysis adalah gangguan tidur yang sering disebut dengan ketindihan. Di mana seseorang tidak mampu bergerak dan berbicara saat terbangun dari tidur atau ketika hendak tidur.
4. Pengaruh Kepribadian
Orang-orang yang memiliki ciri kepribadian yang agresif, kompetitif dan hiperaktif rentan mengalami bruxism. Seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, kebiasaan itu berhubungan dengan emosi seseorang.
Orang-orang yang memiliki kepribadian ini biasanya kuat dan tidak ingin kalah. Ini bisa memicu kecemasan jika yang diinginkan tidak sesuai ekspektasi.
5. Gaya Hidup yang Tidak Sehat
Gaya hidup juga dapat memengaruhi kebiasaan bruxism. Orang yang memiliki gaya hidup tidak sehat seperti merokok, narkoba, dan mengonsumsi minuman berakohol dapat mengalami kebiasaan tersebut.
6. Menderita Penyakit Tertentu
Bruxism bisa disebabkan karena penyakit asam lambung, epilepsi, parkinson, dan demensia. Ini terjadi karena penyakit tersebut berhubungan dengan kondisi emosional dan fungsi otak seseorang.
Seperti asam lambung yang berhubungan dengan kecemasan yang berlebihan, epilepsi yang bisa diakibatkan oleh trauma, parkinson yang menyebabkan tingkat dopamine (hormon pengendali emosi) menurun, dan demensia yang ditandai penurunan fungsi otak.