Oleh: Hanif Nanda*
Potongan lirik lagu dari soundtrack Wiro Sableng mengisahkan dua hal yang saling bertentangan namun tak bisa dipisahkan. Potongan lirik lagu yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Segala yang ada di dalam dunia ini
Terdiri atas dua bagian
Yang berlainan namun merupakan pasangan
Semuanya tak dapat terpisahkan
Bila ditelaah, potongan lirik tersebut berhubungan dengan pekerjaan yang kita geluti. Dalam pekerjaan apapun meniscayakan dua hal yang mengiringinya. Darinya, teriring rasa suka dan duka. Maka, kalau tak ingin keduanya, tentu tidak usah bekerja.
Pengalaman pernah sebagai ojek online atau ojol mau tak mau membuat saya mengalami kedua hal tersebut. Ada saatnya saat bekerja diiringi rasa suka, pun ada kalanya malah duka lara yang menghampiri. Lantas, kalau bekerja hanya ingin dibersamai dengan kondisi happy, lalu dukanya untuk siapa? Orang lain? Memangnya orang lain berkenan?
Rasa suka saat menjadi ojol tentu saat orderan datang begitu banyak. Bentuk orderan itu bisa berupa apa saja. Mulai dari orderan makanan, pesanan antar dan jemput barang, atau orderan mengantar penumpang. Bahkan, rasa gembira makin bertambah saat sedang banjir pesanan ternyata masih mendapat tambahan tip dari penumpang.
Rasa gembira lain, selain tip tidak lain adalah sikap pengguna (customer). Misal seorang ojol mendapat pesanan mengantar makanan, pengemudi ojol pasti berharap dan senang bila customer juga bersikap kooperatif. Artinya, mereka memberi alamat antaran yang mudah diakses dan sesuai, sikap yang humble saat ojol datang mengantar pesanan makanan, atau mungkin setidaknya mengucapkan “terima kasih” saat makanan selesai diantarkan.
Rasa suka lain adalah saat saya jadi ojol dapat menambah pengetahuan tentang wilayah. Atau bisa dikatakan jadi hafal jalan. Malah terkadang saya mendapat info arah jalan dari customer. Maklum saja, saya sendiri tipe pelupa kalau jarang melewati sebuah daerah. Bila dikaitkan dengan peribahasa, maka ada satu yang tepat yaitu takut bertanya maka sesat di jalan. Tentunya agar tidak tersesat saya bertanya ke customer langsung.
Nah, baru sekelumit rasa gembira yang saya alami. Lalu apa saja dukanya? Tentu ada. Kalau tak ada tentu tidak akan saya tulis di sini.
Salah satu rasa duka yang pernah saya alami adalah soal titik penjemputan penumpang. Sekali lagi, titik penjemputan. Titik ini seringkali tidak sesuai dengan lokasi yang dibagikan customer. Dan parahnya, customer terlalu percaya dengan titik lokasi dari ponsel.
Pernah pada suatu hari saya mendapat pesanan jemput-antar seorang customer. Yang bersangkutan memberi titik lokasi pada gerbang depan perumahan. Anda tidak salah baca. Gerbang depan perumahan. Tak ada penjelasan nomor rumah atau tanda lain yang mudah dijumpai. Yang benar aja, memangnya saya disuruh keliling perumahan? Setelah saya telpon, ternyata customer malah ketiduran. Tak hanya itu, ia pun lupa memberi keterangan pada titik jemputan.
Tak hanya itu, saya juga pernah mendapat pesanan serupa yang sekali lagi berasal dari sebuah perumahan. Pesanan tersebut datang saat malam hari sehingga banyak portal perumahan yang tutup. Tak pelak, saya harus mencari jalan alternatif yang lumayan jauh. Sialnya lagi, customer tidak tahu ternyata banyak portal yang tutup saat malam hari.
Selain pengalaman saya di atas, masih terdapat pengalaman unik saat menjadi ojol. Beberapa kali saya mendapat pesanan jemput-antar barang. Barang yang saya antar beragam. Mulai dari barang yang wajar seperti buku, tas, atau alat tulis lainnya hingga barang yang lucu seperti topi sekolah, make up, hingga tugas kuliah.
Demikian keluh kesah pekerjaan ojol yang pernah saya alami. Maka, secapek-capeknya bekerja meski banyak suka duka, masih lebih capek lagi tidak punya pekerjaan dan masih mencarinya.
*Penulis merupakan mantan ojek online.