MALANG, Tugujatim.id – Lestari Eka Mita, 33, warga Jalan S. Supriadi Klayatan Gang 1, RT 05, RW 04, Sukun, Kota Malang, ini patut bersyukur bisa selamat dari kejadian longsor pada Sabtu (01/05/2021). Diketahui, korban ikut terbawa material longsor bangunan toilet rumahnya dari ketinggian sekitar 10 meter.
Nyawanya pun hampir terancam. Lantaran, tak lama usai terjatuh ke bibir Sungai Metro dalam kondisi terduduk dan syok, material longsor susulan terjadi berupa longsoran kloset. Sesaat sebelum kloset menimpa, Sugianto, 44, datang menarik dan menyelamatkan nyawanya.
Kepada awak media, Sugianto, paman dari korban, ini menuturkan langsung berinisiatif menolong korban. Saat itu korban terduduk tak berdaya di pinggir sungai dalam kondisi telanjang.
“Lalu saya lihat ada tanah longsor susulan. Spontan saya meloncat dan saya tarik. Ternyata yang ambrol kedua itu kloset. Pas pecah, kaki saya kena pecahannya. Untung aja gak papa,” tuturnya saat ditemui awak media usai kejadian.
Usai aksi penyelamatan itu, Sugianto langsung menarik korban dengan berenang ke seberang sungai ke tempat yang aman.
“Saya tarik dan ajak renang, gak tahu dia tenggelam apa gimana, terpenting saya seret dulu menjauh,” lanjutnya.
Dalam peristiwa itu, beruntung korban hanya alami luka sedang berupa goresan pada bagian pelipis dan kakinya. Sementara itu, Sugianto luka ringan akibat kena pecahan kloset yang ambrol. Korban Lestari Eka kini sudah ditangani di RSI Aisyiyah.
Terpisah, Ketua Forum Risiko Penanggulangan Bencana Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang, Jarnoko Prihambodo, 50, menuturkan, kejadian ini bukan kali pertama. Sebelumnya, seorang ibu di lokasi yang sama tewas di tempat akibat tanah longsor.
Kejadian itu terjadi pada 11 Februari 2020. Nama korban tewas adalah Sateni, 87, nenek korban longsor hari ini yaitu Lestari Eka.
“Perlu saya sampaikan, jika kejadian ini sudah kali kedua terjadi. Kejadian pertama, neneknya meninggal di tempat yang sama,” bebernya.
Terpisah, Penelaah Bahan Kajian Bencana Alam BPBD Kota Malang Selvyana Ayoe membenarkan jika tanah yang longsor adalah tanah urukan. Artinya, tanahnya labil sehingga tidak kuat untuk dijadikan fondasi.
“Jika mendapat pergeseran terus-menerus sudah pasti longsor. Beda kalau fondasinya dari batu kali pasti kuat,” tuturnya usai proses evakuasi.
Lebih lanjut, pihaknya langsung memasangi police line di lokasi kejadian agar tidak didekati warga karena rawan terjadi pergerakan tanah dan longsor susulan.
“Kami juga sudah koordinasi dengan instansi terkait mulai DPUPR juga BBWS Brantas,” ujarnya.