MALANG, Tugujatim.id – Ada yang berbeda di Gedung Dewan Kesenian Malang (DKM). Sederet sampah berjenis styrofoam dirangkai menjadi satu membentuk sebuah karya seni instalasi hingga menutup gerbang DKM. Selain itu, dari media sampah ini juga disusun menjadi 2 ikon boneka.
Penggagas instalasi seni ini dibuat oleh anak-anak Marginal Art Community (MAC) yang dikemas lewat pertunjukan karya seni kolaborasi lintas bidang bertajuk “Ada Apa dengan Styrofoam?”. Acara ini berlangsung selama 3 hari, mulai 4-6 Juni 2021.
Tak hanya sekadar seni, rupanya instalasi ini dibuat sebagai sarana mengkritisi budaya penggunaan styrofoam sebagai bungkus makanan yang terus marak. Padahal, dampak styrofoam bagi lingkungan sangat berbahaya.
”Ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan. Sebagai pengingat bahwa styrofoam dampaknya sangat berbahaya bagi kehidupan manusia,” ujar perwakilan dari MAC Dandung Prasetyo, Sabtu (05/06/2021).
Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada 2018 di 18 Kota di Indonesia ditemukan sekitar 0,27-0,59 ton sampah yang masuk di laut Indonesia, termasuk sampah jenis styrofoam.
Styrofoam menjadi sampah baru bagi lingkungan seiring dengan tren bungkus makanan serupa dengan plastik yang juga berbahaya.
”Beli makanan apa, bungkusnya styrofoam. Dikit-dikit styrofoam. Emang setelah dipakai, mau diapakan, kan gak bisa didaur ulang lagi,” ujarnya.
”Bukan maksud menggurui. Kalau dibiarkan terus-menerus kan gak baik juga ya. Padahal, dampaknya semua sudah jelas, bumi akan menangis dan merintih,” tambahnya.
Dalam pameran ini, selain instalasi seni dari styrofoam, pengunjung juga akan dimanjakan dengan sejumlah karya seni lain dari para seniman Malang, mulai dari lukisan, mural, dan lain-lainnya. Selain itu, puluhan musisi lokal turut memeriahkan sosialisasi bahayanya penggunaan styrofoam ini.