News  

Lebih Dekat dengan Komunitas Rajut Nenjap asal Kepanjen Malang

Foto para anggota Komunitas Rajut Nenjap di 'markas' mereka di Jalan Welirang No.56, Banurejo, Kepanjen. (Foto: Rizal Adhi/Tugu Malang/Tugu Jatim)
Foto para anggota Komunitas Rajut Nenjap di 'markas' mereka di Jalan Welirang No.56, Banurejo, Kepanjen. (Foto: Rizal Adhi/Tugu Malang/Tugu Jatim)

MALANG, Tugujatim.id – Di sebuah rumah di Jalan Welirang No56, Banurejo, Kepanjen, Malang, jari-jemari para ibu-ibu terlihat cekatan merajut, menyulam helai-helai aneka warna benang hingga akhirnya jadilah kaos kaki, sandal, hingga baju panjang. Seakan tak ingin kalah semangat dengan kelompok remaja, mereka akhirnya memutuskan untuk mendirikan perkumpulan bernama Komunitas Rajut Nenjap.

Komunitas yang dulu awalnya hanya memiliki 9 anggota ini, setelah 5 tahun kini telah memiliki 55 anggota. Lalu, seperti apa kisah awal mula Komunitas Rajut Nenjap hingga sekarang?

“Awalnya itu berdiri pada 9 September 2016 dan bisanya kita dulu di rumah saya kumpulnya, tapi rumah saya kecil. Akhirnya saya cari teman yang rumahnya boleh dijadikan basecamp,” terang Luluk Tamawati selaku pendiri Komunitas Rajut Nenjap saat dikonfirmasi, Selasa (12/10/2021).

Sebenarnya Luluk tidak berpikir untuk membuat Komunitas Rajut Nenjap ini, karena pikirnya, hobinya ini hanya untuk kumpul-kumpul saja.

“Pertama itu hanya ada 9 sampai 11 orang saja yang memang suka merajut. Lalu dari teman-teman itu ngoming ke teman-temannya yang lain dan akhirnya beberapa ikut. Dan dalam 5 tahun itu sudah terkumpul 65 orang anggota,” kenangnya.

“Cuman dari 65 orang anggota itu ada yang meninggal dan ada juga yang terpapar Covid-19 sampai meninggal. Jadi, sekarang ada 55 anggota saja,” sambungnya dengan nada sendu.

Ia juga menegaskan bahwa semua anggotanya terdiri dari ibu-ibu rumah tangga. Dan masing-masing anggota dengan kompak mengajarkan teknik-teknik merajut kepada anggota baru.

“Untuk belajar merajut itu sebenarnya dari 11 anggota awal itu sudah mengerti semua, jadi sebelas itu membagikan ilmu pada anggota baru agar bisa juga merajut. Semua tekniknya kita ajarkan, dan kebetulan teman-teman ini semu pintar-pintar,” jelasnya.

“Apalagi kita sekarang bisa melihat (contoh) di media sosial dan Google, jadi tambah bagus,” imbuhnya.

Luluk juga mengatakan bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh Komunitas Rajut Nenjap adalah satu tubuh kesukaan perempuan.

“Produk-produk kita mulai dari sandal, kaos kaki, sepatu tidur, celana, celana dalam, bra, baju, rompi, kerudung, jilbab, masker, topi, sampai baju panjang,” sebutnya.

Ia juga mengungkapkan kalau komunitasnya masih sangat terbatas dari sisi pemasaran. Karena semua anggotanya ibu-ibu, tidak ada yang ahli dalam pemasaran digital.

“Kita masih mengikuti pameran-pameran, dan dari teman-teman sendiri yang memasarkan, jadi semua anggota berhak memasarkan,” ucapnya.

Terakhir, ia mengajak para ibu-ibu untuk ikut bergabung dengan Komunitas Rajut Nenjap dan membeli produk-produk mereka.

“Kalau untuk teman-teman yang ingin bergabung atau membeli produk kita bisa langsung ke basecamp kita di Jalan Welirang No.56 B, Banurejo, Kepanjen,” pungkasnya.