Tugujatim.id – Ubur-ubur sebagai salah satu jenis binatang laut tidak bertulang belakang memang telah hidup selama jutaan tahun silam. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, populasi ubur-ubur telah menjadi masalah yang semakin besar bagi manusia.
Di Pantai Mayangan, Probolinggo, juga muncul ribuan bahkan jutaan ubur-ubur pada Mei 2023. Populasinya di Probolinggo relatif fluktuatif, tergantung pada beberapa faktor. Mulai dari cuaca, suhu air laut, dan ketersediaan makanan.
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Probolinggo, populasi ubur-ubur di Probolinggo meningkat tajam pada 2022. Hewan laut ini termasuk dalam filum Cnidaria dan terdiri dari sekitar 2.000 spesies. Namun, ada beberapa jenis ubur-ubur yang paling umum di dunia, berikut daftarnya:
1. Ubur-ubur bulan (Aurelia aurita). Ubur-ubur yang paling umum di dunia dengan kubah berbentuk bulan dan tentakel yang panjang.
2. Ubur-ubur kotak (Chironex fleckeri). Ubur-ubur paling berbahaya di dunia dengan sengatan yang dapat mengakibatkan kematian.
3. Ubur-ubur surai singa (Cyanea capillata). Ubur-ubur terbesar di dunia dengan kubah yang dapat mencapai diameter 2 meter dan tentakel yang dapat mencapai panjang 30 meter.
4. Ubur-ubur jelatang laut (Chrysaora quinquecirrha). Ubur-ubur yang umumnya ditemukan di perairan pesisir dengan tentakel yang panjang dan berwarna kuning.
5. Ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata). Ubur-ubur yang hidup di perairan dangkal dengan kubah yang terbalik dan menghadap ke bawah.
Ubur-ubur dengan jumlah populasi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan banyak permasalahan bagi manusia dan lingkungan. Apa saja?
1. Permasalahan Ekologi
Salah satu permasalahan utama yang disebabkan oleh ubur-ubur adalah ledakan populasinya. Jumlah populasi ubur-ubur di dunia sulit untuk diperkirakan secara akurat. Namun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperkirakan bahwa populasi ubur-ubur telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Salah satu studi yang dilakukan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat pada 2019 menemukan bahwa populasi ubur-ubur di seluruh dunia telah meningkat sebesar 100% sejak 1960-an. Studi tersebut juga menemukan bahwa ledakan populasi ubur-ubur telah terjadi di seluruh dunia, termasuk di perairan dangkal dan dalam.
Peningkatan populasi ubur-ubur ini telah menimbulkan berbagai permasalahan bagi manusia, seperti kerusakan ekosistem laut, gangguan kegiatan penangkapan ikan, pariwisata, dan industri energi, serta risiko sengatan ubur-ubur bagi manusia.
Penyebab peningkatan populasi ubur-ubur masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, para ahli percaya bahwa perubahan iklim, polusi, dan penangkapan ikan berlebihan adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan populasi ubur-ubur.
Perubahan iklim dapat mengakibatkan peningkatan suhu air laut yang dapat menguntungkan ubur-ubur. Nah, ubur-ubur yang memiliki suhu tubuh yang relatif konstan sehingga mereka dapat bertahan hidup di perairan yang lebih hangat.
Polusi dapat mengakibatkan penurunan populasi predator ubur-ubur, seperti ikan dan kura-kura laut. Hal ini dapat meningkatkan populasi ubur-ubur karena tidak ada predator yang dapat mengendalikan populasi mereka.
Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah, akademisi, maupun masyarakat. Upaya-upaya tersebut di antaranya:
a. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan ledakan populasi ubur-ubur.
b. Pengendalian populasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti penangkapan, perburuan, dan penggunaan racun.
c. Ubur-ubur dapat dimanfaatkan sebagai makanan, obat-obatan, dan bahan baku industri.
Pemanfaatan ubur-ubur sebagai makanan dan obat-obatan dapat menjadi solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi ledakan populasinya. Hal ini karena pemanfaatan ubur-ubur dapat mengurangi populasi sekaligus memberikan manfaat ekonomi.
2. Permasalahan Ekonomi
Ledakan populasi ubur-ubur juga dapat menimbulkan permasalahan ekonomi. Ubur-ubur dapat mengganggu kegiatan penangkapan ikan, pariwisata, dan industri energi.
Ubur-ubur dapat merusak jaring ikan dan bahkan menelan ikan-ikan yang ditangkap oleh nelayan. Hal ini dapat menyebabkan kerugian finansial bagi nelayan.
Selain itu, ubur-ubur juga dapat mengganggu aktivitas wisata di pantai. Hewan ini dapat menyengat manusia sehingga membuat wisatawan takut untuk berenang di laut.
Ubur-ubur juga dapat menyumbat pipa pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir. Hal ini dapat menyebabkan pemadaman listrik.
3. Permasalahan Kesehatan hingga Kematian
Ubur-ubur dapat menyengat manusia yang dapat menyebabkan reaksi alergi atau iritasi kulit. Reaksi sengatan ubur-ubur yang parah dapat menyebabkan kematian.
Berdasar data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat, rata-rata ada sekitar 40 kematian akibat sengatan ubur-ubur di seluruh dunia setiap tahun. Sebagian besar kematian akibat sengatan ubur-ubur disebabkan oleh ubur-ubur kotak yang memiliki sengatan yang sangat beracun.
Sementara menurut Emergency Care Institute of New South Wales, jika kulit manusia terkena 10 persen atau lebih terkena racun dari ubur-ubur kotak sengatannya bisa mematikan, terutama pada anak-anak. Sengatannya bisa menghentikan pacu jantung hanya dalam beberapa menit.
Lebih dari 70 kematian sejak tahun 1960-an karena ubur-ubur terjadi di Australia.
Mengutip dari Suara.com pada 15 Agustus 2022, sebuah keluarga Prancis yang sedang berenang di Pantai Teluk Nipah di Pulau Pangkor, Malaysia. Putra mereka yang berusia 5 tahun menjerit kesakitan karena sengatan ubur-ubur.
Sekitar pukul 19.30, kepala polisi setempat mengatakan dia menerima telepon dari klinik yang memberitahukan bahwa korban telah dipastikan meninggal.
Hal serupa juga pernah terjadi di Indonesia pada 2021, seorang remaja di Jepara meninggal karena sengatan ubur-ubur. Melansir dari Tribunnews, remaja Ini menjaring ikan di Pantai Pailus, Jepara, namun yang didapat ubur-ubur hingga tersengat dan berakhir meninggal.
Writer: Bayu Eka
Editor: Dwi Lindawati