SURABAYA, Tugujatim.id – Meski Surabaya menjadi wilayah perkotaan dengan masyarakat yang cenderung individualis, tapi tak sedikit pula warganya yang masih melestarikan tradisi leluhur.
Seperti warga Kelurahan Dukuh Pakis, Kecamatan Dukuh Pakis, Kota Surabaya, Jawa Timur. Mereka menggelar bersih desa atau dalam tradisinya disebut “Ruwat Desa”.
Minggu (5/8/2023) sejak pukul 07.00 WIB berkumpul di Dukuh Pakis Gang 5, ratusan warga sudah mulai bersiap dan bersolek dengan ciri khasnya masing-masing. 27 rombongan dari enam RW menggunakan kostum-kostum meriah.
Kostum baju adat dari berbagai daerah mewarnai rangkaian bersih desa. Seakan tak mau kalah satu sama lain, masing-masing rombongan mengeluarkan kreatifitasnya. Seruan yel-yel dan tarian menjadi penyemangat sebelum kirab menuju balai kelurahan.
Pertunjukan Reog Ponorogo menjadi pembuka, disusul gunung tumpeng sayur-mayur yang menjadi ikon bersih desa kali ini.
“Tumpeng Agung ini merupakan wujud rasa syukur kami warga masyarakat Dukuh Pakis. Ada juga tumpeng, polo pendem, lauk pauk, dan seterusnya,” kata Ketua Lembaga Perberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Widodo, pada Minggu (6/8/2023).
Puluhan terong, tomat, timun, wortel, cabai merah, jeruk, apel, dan aneka lainnya dijejer melingkar rapi membentuk gunung dan diarak oleh warga.
“Kalau yang tumpeng gunung nanti dibawa keluar, direbut oleh warga. Sebenarnya ngga ada makna khusus untuk warga yang ingin berebut tapi kadang ada juga yang percaya tujuannya mengambil berkah,” ucap Widodo.
Selain tumpeng gunung yang dihadirkan oleh kelurahan, tak mau ketinggalan beberapa warga Dukuh Pakis juga dengan suka rela memberikan sejumlah tumpeng nasi untuk dihidangkan dan disantap bersama.
“Setelah acara ini mereka akan membuat lingkaran, masing-masing berisi sekitar 10 orang lalu didoakan bersama sebagai bentuk keguyuban warga Dukuh Pakis,” ujarnya.
Widodo yang juga sebagai ketua pelaksana kegiatan tersebut menuturkan bahwa setiap tahun warga Dukuh Pakis tak pernah absen untuk menggelar bersih desa setiap Minggu Wage dalam penanggalan Jawa. “Ini bukan perayaan Agustusan, ini syukuran desa. Pelaksanaannya setiap Minggu Wage di bulan Suro,” jelasnya.
Puncaknya, pada malam hari ini pagelaran wayang yang didalangi Ki Punjul Krasanto. Mengisahkan tentang patriotisme pembangunan Kelurahan Dukuh Pakis. “Wayang ini siang dan malam. Setelah acara hiburan nanti ada wayang sampai jam empat sore terus dilanjut jam delapan sore sampai pagi,” ucapnya.
Meski hidup di lingkungan perkotaan, nyatanya identitas sebagai masyarakat Jawa patut dilestarikan. “Ini bagian dari budaya, mempersatuan warga Dukuh Pakis dari timur ke barat, selatan ke utara, jadi bisa dilihat berapa ribu warga yang kumpul. Semua berkumpul, guyub rukun itu yang kami pertahankan,” tandasnya.
Reporter: Izzatun Najibah
Editor: Lizya Kristanti