MALANG, Tugujatim.id – Siswa SMA/SMK di Kabupaten Malang sudah mulai memasuki libur semester atau libur kenaikan kelas yang dimulai pada hari ini (1 Juli 2021) hingga 11 Juli 2021. Libur ini ternyata juga menjadikan para orang tua was-was karena berbarengan dengan peningkatan penyebaran Covid-19 di Indonesia, tak terkecuali di Jawa Timur dan Kabupaten Malang.
Dari data yang dihimpun dari Dinas Kominfo Kabupaten Malang, sudah ada 3.784 orang terpapar Covid-19 dan 3.454 dinyatakan sembuh. Sementara 257 orang meninggal dunia, 14 orang masih dirawat, dan 59 orang menjalani isolasi mandiri.
Tentu kondisi ini membuat para siswa yang menjalani liburan semester dianjurkan untuk tidak keluar rumah demi menghindari penularan Covid-19.
Namun, salah satu orang tua siswa, Budianto, mengatakan cukup sulit memberikan pengertian kepada anak laki-lakinya yang bersekolah di salah satu SMA di Kabupaten Malang agar tetap berada di dalam rumah.
“Kalau waktu masih belajar daring kan dia seharian di rumah untuk bersekolah, kalau sekarang kan dia gak ngapa-ngapain di rumah dan kadang kalau gak ada saya di keluar main sama teman-temannya,” tuturnya saat diwawancarai oleh tugumalang.id pada Kamis (01/06/2021).
Pria asal Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang ini mengatakan bahwa ia juga khawatir mengingat penyebaran Covid-19 memasuki gelombang kedua.
“Ada kabar juga kan kemarin di Desa Sitiarjo katanya ada klaster baru, saya juga jadi khawatir kalau tiba-tiba virus itu kemari,” ucapnya.
Untuk menyiasati hal tersebut, pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik ini membiarkan anaknya bermain game online di rumah agar betah.
“Saya belikan wifi biar main di rumah gak usah keluar-keluar, kalau main game online di rumah kan enak makan tingga makan, minum tinggal ambil, gak usah ke warung kopi yang banyak orangnya,” bebernya.
Lebih lanjut, Kepala Sekolah SMAN 1 Turen, Drs Ibnu Harsoyo MPd, mengatakan jika libur semester di sekolahnya sesuai dengan kalender pendidikan yaitu dari 1 Juli 2021 sampai 12 Juli 2021. Namun, tetap ada kebijakan khusus bagi siswa yang belum menyelesaikan pembelajaran.
“Untuk liburan semester siswa kita tetap mengacu pada kalender pendidikan, sedangkan ibu dan bapak guru selaku ASN itu tidak ada libur. Jadi, untuk siswa itu ada kebijakan ada 15 siswa kami yang belum menyelesaikan mata pelajaran maka dia harus menyelesaikan selama libur belajar,” bebernya.
“Tujuannya ini adalah agar 3 Minggu sebelum menerima rapor nilainya sidah diupload di e-raport, biar tidak ada masalah,” sambungnya.
Selain itu, SMAN 1 Turen juga memiliki kebijakan khusus untuk libur semester. Di mana siswa tetap mendapatkan tugas rumah, ini cukup efektif agar siswa tetap belajar dari rumah.
“Karena sistem belajar yang kami terapkan adalah sistem SKS, sehingga kalau ada soswa yang libur seperti ini bukan berarti libur belajar. Tapi hanya tidak ada kegiatan di sekolah, anak di rumah tetap ada kegiatan mulai dari ekstrakulikuler yang dilakukan di sekolah,” bebernya.
Selain itu, pihak sekolah juga menggandeng para orang tua wali untuk ikut menerapkan protokol kesehatan di rumah. Tujuannya adalah untuk menciptakan sekolah tangguh COVID-19.
“Kami tetap mengajak dan menghimbau kepada orang tua wali bahwa untuk menciptakan sekolah tangguh Covid-19 itu harus dimulai dengan keluarga yang tangguh. Maka mewajibkan protokol kesehatan di rumah itu mutlak dengan catatan ketika baru bepergian dari luar kota sampai ziarah ini merupakan hal yang rawan, karena anak-anak ini berpotensi menjadi kurir penularan Covid-19. Jadi saya himbau kalau tidak ada keintiman lebih baik tidak keluyuran,” tukasnya.
Kebijakan berbeda diambil oleh SMKN 1 Singosari, dimana wewenang siswa selama libur semester adalah kebijakan mutlak orang tua wali.
“Kalau itu (menerapkan protokol kesehatan saat di luar sekolah) adalah wewenang orang tua. Kita kalau sudah liburan, itu sudah wewenang penuh dan tanggung jawab orang tua wali. Kita tidak memiliki kewenangan untuk mengatur siswa lagi, kalau kita ngaturnya hanya di sekolah saja,” tutur Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 1 Singosari, Drs Agus Triadi MPd.
Sama seperti SMAN 1 Turen, siswa-siswi juga memulai pembelajaran semester baru pada tanggal 12 Juli 2021 sesuai kalender pendidikan.
“Kita sesuai dengan petunjuk dari Kemendikbud, kemarin kita juga sudah mengikuti pertemuan melakukan Zoom Meeting, kita merencanakan tatap muka, tapi masoh menunggu zonanya apa (warnanya),” ucapnya.
“Kalau zona merah kita akan off untuk luring, sehingga semuanya akan daring. Tapi, kalau zonanya hijau, maka kita akan adakan tatap muka. Itupun harus sepengetahuan Kepala Dinas Pendidikan, karena kita mengajukan proposal untuk kegiatan belajar luring itu, termasuk kesiapan prokes yang ada di sekolah,” tambahnya.
Ia juga mengatakan kalau siswa-siswi SMKN 1 Singosari tidak diberikan tugas sekolah selama libur semester.
“Kalau liburan ya libur aja, gak ada tugas, karena kita sudah bagi kalau jamnya belajar atau sekolah ya tugasnya di situ aja. Artinya tidak ada beban kepada siswa,” tegasnya.
“Sebenarnya pembelajaran ada batas waktunya, mulai awal semester sampai akhir semester dan pembagian rapor, ya sudah itu batasnya. Setelah itu tidak ada beban untuk siswa,” sambungnya.
Terakhir, Agus juga menyampaikan agar para siswa-siswi tetap mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran dari pemerintah pusat.
“Kalau himbauan protokol kesehatan kita ikuti saja dari pemerintah, bahwa kita tidak boleh kemana-mana, harus stay at home, kalau yang sangat perlu saja keluar rumah,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Malang, Arbani Mukti Wibowo, mengatakan bahwa sebelum masuk pembelajaran di semester baru, sekolah-sekolah wajib menyiapkan fasilitas-fasilitas protokol kesehatan.
“Juga untuk jumlah murid yang masuk melihat zonasi per desa. Kalau zona hijau bisa seratus persen murid yang ikut sekolah tatap muka, kalau zona kuning 50 persen, kalau zona orange 15 persen, dan kalau merah tidak boleh tatap muka,” tuturnya.
Pria yang mengawali karir sebagai dokter gigi ini mengingatkan agar setiap sekolah wajib memiliki kontak person faskes-faskes terdekat. Selain itu, ia mengatakan bahwa Dinas Kesehatan hanya memfasilitasi untuk vaksinasi para guru.
“Kita juga hanya membina bagaimana sih prokes yang benar. Minimal mereka punya Satgas Covid-19 Sekolah seperti dulu ada ruang UKS jika ada anak yang sakit saat bersekolah. Kemudian selama bersekolah menjaga jarak,” tutupnya.