MALANG, Tugujatim.id – Sebuah dokumentasi yang menggambarkan kisah Sugiarto atau akrab disapa Cak Gik Arbanat, seniman asal Kota Malang yang menciptakan karya lagu anak-anak, ini difilmkan oleh tiga mahasiswa Prodi Ikom Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dari yang awalnya hanya untuk memenuhi tugas kuliah, hingga akhirnya karya mereka diganjar prestasi membanggakan dengan meraih juara 2 dalam Festival Dokumenter Budi Luhur Jakarta 2021 pada Jumat (18/02/2022).
Lagu-lagu bertemakan tanah air Indonesia, lagu daerah, hingga lagu anak-anak yang diciptakan Sugiarto mampu menarik Muhammad Hudan Nur Ibad, Ilham Aditiya, dan Farhan Rifqi Zain untuk menggali lebih dalam tentang kehidupan seorang musisi yang biasa dipanggil Cak Gik Arbanat itu. Terlahir dari keluarga pemusik, Cak Gik Arbanat terus menggeluti minatnya dalam bidang bermusik terutama pada biola hingga saat ini. Mulai dari mencipta hingga mengenalkan lagu untuk anak-anak adalah suatu kegiatan yang rutin dia lakoni bersama rekan satu grup musiknya “Soegeng Rawoeh”.
Karena itu, kisah perjuangannya ini dikemas menarik dalam sebuah film berjudul “Gesekan Arbanat Ugik untuk Anak Indonesia”. Dan ketiga mahasiswa di tingkat akhir ini pun sukses menggarap film berdurasi 12 menit, 29 detik, itu dengan penuh makna.
Selain sukses menyelesaikan tugas akhir karya non skripsi ini, mereka juga sukses membawa film tersebut menjadi juara dalam Festival Dokumenter Budi Luhur Jakarta. Tak tanggung-tanggung, dari seleksi yang dilakukan berkali-kali, film ini mampu menyabet juara 2.
Sebagai sutradara dalam film yang diproduksi pada 2021 itu, Muhammad Hudan Nur Ibad mengatakan, sosok Cak Gik sudah jarang ditemui di zaman sekarang. Menurut dia, Cak Gik adalah orang yang mempunyai misi menyelamatkan generasi bangsa, terutama anak-anak, melalui lagu-lagu yang diciptakannya tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
“Saya dan tim belajar menjadi orang yang peduli dengan keadaan sekitar, yakni dengan melakukan hal sekecil apa pun pasti akan berdampak kepada khalayak luas,” ungkap Hudan pada Rabu (23/02/2022).
Dia mengatakan, proses produksinya dilakukan selama 4 hari itu diakui sangat menyenangkan. Dalam pembuatan filmnya dibalut dengan rasa kekeluargaan dan penuh canda tawa.
“Karena saya sebagai sutradara dituntut harus bisa membangun chemistry dengan narasumber agar saat diwawancarai tidak merasa canggung,” ujarnya.
Tak sia-sia, karya itu pun mampu membuat sosok Cak Gik, ayah dari Cello, Melodi, dan Viola, ini semakin dikenal banyak orang melalui kejuaraan yang diperoleh dari Festival Dokumenter Budi Luhur Jakarta. Sosok yang memperjuangkan generasi muda agar lebih baik itu lebih dikenal khalayak luas.
“Tentunya bangga dan senang karena proses yang kami lewati membuahkan hasil yang memuaskan. Dengan terpilihnya film kami menjadi juara 2, sosok Cak Gik Arbanat akan semakin dikenal khalayak luas karena film dokumenternya telah dimuat di aplikasi Genflix. Tentunya ini dapat diakses oleh siapa pun dan jangkauannya sangat luas,” kata Hudan.
Ungkapan senang dan bangga juga dirasakan Sugiarto, pencipta lagu “Terima Kasih Guruku”, ini berharap film tersebut ditonton banyak orang dan menjadi motivasi bagi musisi lain untuk menciptakan lagu-lagu yang bisa dinikmati anak-anak.
“Begitu dikasih kabar, saya sangat senang, sangat bangga. Dan yang paling penting adalah semoga film itu banyak yang menonton dan menginspirasi masyarakat untuk mau membuat karya atau membuat lagu yang bisa dinikmati anak-anak,” ungkap alumnus Prodi Ikom UMM ini.
Terakhir, Cak Gik berharap semoga misinya bisa disambungkan lewat film dokumenter itu untuk mengajak masyarakat mencintai lagu nasional, lagu daerah, dan lagu anak-anak sesuai dengan usianya.