TUBAN, Tugujatim.id – Atlet gulat perempuan asal Tuban yang satu ini masih cukup muda. Usianya baru 21 tahun, tapi dia sudah memiliki segudang prestasi yang cukup moncer hingga skala nasional dan internasional lho. Namanya Candra Marimar. Terbaru, dia akan mewakili Indonesia untuk berlaga di event dunia pada tahun ini. Bagaimana kisah perjuangannya dalam meraih segudang prestasi membanggakan itu?
Ya, sosok Candra Marimar dikenal sebagai salah satu perempuan yang memiliki semangat tinggi untuk bisa mengukir capaian membanggakan sebagai atlet gulat berprestasi. Atlet cantik kelahiran Tuban, 13 Maret 2001, tersebut mengawali perjalanan karirnya di bidang olahraga gulat dimulai saat SMP.
“Saya mengenal olahraga gulat saat duduk di bangku SMPN 2 Soko,” ujar mahasiswi Fakultas Keolahragaan di Universitas Negeri Malang (UM) ini.
Candra, sapaan akrabnya, mengaku sudah menekuni cabang olahraga gulat sejak kelas 1 SMP. Awal mula dia menjadi atlet gulat pun cukup lucu. Sebab, dia hanya ingin mendapatkan nilai bagus di SMP pada olahraga satu ini.
“Saya sebenarnya dulu hanya ingin mendapatkan nilai bagus saat SMP. Ternyata setelah dijalani, saya mulai suka dan tertarik menggelutinya. Pernah waktu itu saya tanding hingga mendapat juara 1, lalu saya tekuni hingga saat ini,” ujar Candra pada Jumat (01/07/2022).
Tak main-main, dia juga memperoleh penghargaaan bergengsi. Pada 2021, dia mendapatkan medali emas dalam event PON Papua. Selain itu, dia pernah mendapat penghargaan atlet terbaik dan mengikuti pertandingan di luar negeri sebanyak 2 kali dan meraih juara 2 dan 3.
Terbaru, dia akan mengikuti pertandingan gulat sedunia yang akan dilaksanakan di Turki pada Agustus 2022. Candra akan mewakili Indonesia dalam olahraga gulat dengan 6 atlet lainnya. Pertandingan yang akan dilaksanakan di Turki itu akan diikuti atlet yang beragama Islam saja di dunia.
Candra mengaku untuk persiapannya menjelang laga satu ini sudah mencapai 50,9%. Karena itu, dia terus berlatih dengan melakukan sparring dan lari sprint untuk bisa meraih juara.
“Kalau mau juara, ya harus yakin dan percaya akan kemampuan diri sendiri. Kalau olahragawan, berarti kita harus berlatih dan diiringi doa. Tapi nggak lupa juga harus belajar dengan tekun di bidang akademik juga,” ujarnya menjelaskan.
Dia menyadari jika memiliki banyak kekurangan. Namun, kekurangan itu dia jadikan pelecut untuk menjadi atlet yang gigih dan selalu percaya akan kemampuannya sendiri. Meski sudah mengikuti berbagai pertandingan dan mendapatkan juara, anak kedua dari empat bersaudara itu mengaku sering kali mengalami hambatan.
“Saya sering merasa mental down, lalu mulai ragu. Tapi, cara mengatasinya dengan memotivasi diri sendiri,” tambahnya.
Saat ditanya mengenai motivasi apa yang dimaksud, dia menjawab orang tua. Selain itu, dia selalu mengingat bagaimana awal perjuangannya dan berbagai proses panjang yang dilewati ketika merasa down.
Jatuh Bangun Menjadi Atlet Gulat
Meski mencatatkan prestasi yang membanggakan, dia juga pernah mengalami jatuh bangun yang cukup berat dalam bertanding. Bahkan, dia pernah gagal beberapa kali dalam perlombaan. Namun, itu tak membuat semangatnya surut. Dia malah terus bangkit sehingga berhasil sampai di titik ini.
Untuk diketahui, gulat adalah olahraga yang cukup berisiko, apalagi untuk perempuan. Dia menceritakan sering diinjak oleh lawan mainnya saat bertanding. Meski hal itu wajar terjadi, dia menyadari ini menjadi risiko yang harus diambil.
Karena risiko yang tinggi, anak dari pasangan Sumiadi dan Jumiah ini mengaku sering cedera ringan.
“Alhamdulillah, saya mengalami hanya cedera ringan saja. Kalau cedera berat sih nggak pernah,” ucap gadis manis tersebut.
Atlet berjilbab ini mengakui sebenarnya tantangan terbesar dalam menjalani proses ini adalah saat berlatih. Dia terkadang merasa jenuh. Namun, dia ingat apa cita-cita yang ingin dicapai dan apa yang menjadi tujuannya sehingga berusaha bangkit lagi.
Untuk mengurangi rasa bosan dalam setiap latihan, dia senang menghabiskan waktunya untuk sekadar tidur dan jalan-jalan ke mall. Menurut dia, itu cukup untuk mengembalikan mood-nya.
Namun, ada hal yang membuatnya gusar dan jadi titik terberat saat dia tidak diterima oleh sekelilingnya saat menjadi atlet gulat.
“Mungkin itu yang terkadang membuat saya merasa kadang tidak dihargai oleh sekitar. Ini yang membuat ngerasa minder saat akan bertanding,” katanya sambil tersenyum.
Namun, dia sadar hal itu tak akan membuatnya lemah. Justru dia ingin terus bangkit dan membuktikan kepada lingkungan sekitarnya hingga berhasil melenggang ke Turki, membawa nama Indonesia.
Untuk bidang akademik, Candra mengatakan sedikit terganggu. Meski begitu, dia harus pintar membagi waktu. Candra tetap memprioritaskan keduanya agar seimbang untuk mencapai cita-citanya.
Dalam akademik, dia mencoba untuk selalu hadir dalam setiap mata kuliah yang diambil agar tidak ketinggalan dengan mahasiswa lain.
“Saya kalau akademik memang kurang, tapi selalu berusaha hadir biar tidak ketinggalan banyak ilmu,” tutupnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim