SURABAYA, Tugujatim.id – Batik khas Surabaya merupakan salah satu warisan budaya yang patut untuk dilestarikan. Berbeda dengan batik daerah lainnya, sejarah batik Surabaya cukup sulit ditelusuri mengingat Kota Pahlawan ini dulunya dikenal sebagai daerah transit.
Sekilas, batik Surabaya tampak biasa saja. Namun, jika dilihat lebih dekat dan detail, batik ini akan tampak istimewa dengan warna dan konsep yang kuat. Konsep tersebut melambangkan keberanian dan kekuatan.
Beragam Motif Batik Khas Surabaya
Serupa dengan batik daerah lain, batik Surabaya memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dilihat melalui motif batik yang ada. Dilansir dari Budaya.co, sejumlah motif batik tulis Surabaya, antara lain sebagai berikut:
Motif Kembang Semanggi
Motif kembang semanggi merupakan karya Lintu Tulistyantoro yang dibuat dalam waktu satu bulan saja. Konon, motif ini terinspirasi dari daun semanggi yang biasa ditemukan pada makanan khas Surabaya dengan nama sama.
Batik ini memiliki corak yang sederhana tetapi sangat cantik. Perpaduan warnanyapun apik. Warna hijau muda cocok dikombinasikan dengan warna berani, seperti merah dan biru. Batik kembang Semanggi dibanderol dengan harga terjangkau, baik untuk batik cap maupun batik tulis.
Motif Sawunggaling
Motif Sawunggaling dibuat oleh Putu Sulistiani. Batik ini terinspirasi dari kisah Joko Barek yang selalu membawa ayam jago ke manapun. Joko Barek dikenal sebagai sosok yang tak terkalahkan saat bertanding.
Motif Sawunggaling menggambarkan ayam jago Joko Barek dengan kombinasi warna sesuai dengan selera pasar. Ada juga yang menggunakan warna tak biasa, seperti ungu yang jarang digunakan dalam pembuatan batik.
Motif Cheng Ho
Motif batik Cheng Ho terinspirasi dari kapal laut yang digunakan oleh Laksamana Cheng Ho ketika melintas di Sungai Kalimas Surabaya. Cheng Ho dikenal sebagai sosok yang berjasa dalam penyebaran Islam di nusantara, khususnya wilayah Surabaya.
Konon, kapal yang digunakan Cheng Ho untuk berlayar berukuran besar, yang terbesar setelah bahtera Nabi Nuh. Kisah inilah yang menginspirasi pembuatan batik motif Cheng Ho.
Motif Ujung Galuh
Motif Ujung Galuh atau motif hiu dan buaya menggambarkan asal usul Surabaya. Surabaya sendiri berasal dari kisah Sura (hiu) dan Baya (buaya) yang memperebutkan wilayah kekuasaan. Sura memiliki arti jaya atau selamat, sedangkan baya berarti bahaya. Motif ini bukan hanya melambangkan keberanian, melainkan juga cinta. Pasalnya, di sekitar motif hiu dan buaya terdapat daun semanggi yang mencerminkan cinta kasih.
Motif Mangrove
Batik khas Surabaya ini dikenal juga dengan nama batik Seru yang merupakan singkatan dari Seni Batik Mangrove Rungkut. Motif batik ini terinspirasi dari hutan bakau. Bahkan tinta yang digunakan untuk membatik didapat langsung dari mangrove.
Umumnya, motif ini didominasi warna cerah. Desainnya sendiri menggambarkan jenis mangrove yang tumbuh di sekitar Pantai Wonorejo. Proses pembuatan batik dari mangrove untuk mangrove ini membuat batik seru semakin unik. Tak hanya itu saja, ketika terpapar sinar matahari batik ini akan tampak bercahaya.
Batik mempunyai dua ragam kategori, ada batik Tulis dan Batik Cap. Serupa dengan batik pada umumnya, batik Surabaya dibuat dengan metode yang berbeda. Namun yang paling populer adalah batik cap dan batik tulis. Masing-masing memiliki kelebihan tersendiri. Berikut sejumlah perbedaan batik cap dengan batik tulis Surabaya.
Kerapian
Batik cap lebih rapi jika dibandingkan dengan batik tulis karena menggunakan pola yang sudah ditentukan. Namun, pengulangan motif tersebut menyebabkan batik tampak kurang luwes. Sementara batik tulis kurang begitu rapi, ukuran motif dan goresannyapun tidak sama. Proses pencantingan selama membatikpun sering menyebabkan tinta merembes ke bagian belakang kain.
Motif Batik
Batik tulis menggunakan keahlian dalam membatik sehingga gambar dan motifnya lebih luwes. Batik tulis cenderung tidak melakukan pengulangan. Berbeda dengan batik cap yang motifnya terkesan kaku dan sedikit renggang. Dari dekat, goresan batik cap terlihat kasar.
Warna Dasar Kain
Selain dilihat dari kerapian, warna dasar kain dapat dijadikan sebagai cara membedakan batik cap dengan tulis. Umumnya, batik cap menggunakan warna dasar kain yang lebih tua dari warna goresan pada motif. Lain halnya dengan batik tulis yang menggunakan warna dasar kain lebih muda dari warna goresan pada motif. Hal inilah yang menyebabkan kain batik tulis tampak lebih indah daripada batik cap.
Aroma
Cara termudah untuk membedakan batik cap dengan tulis adalah mencium aroma kain. Batik yang menggunakan cap memiliki bau yang lebih tajam. Sementara batik tulis hanya mengeluarkan aroma khas malam yang tidak menyengat.
Finishing
Batik yang dibuat secara manual menggunakan canting memiliki goresan awal dan akhir yang lebih tegas. Besarnya tekanan pada canting menyebabkan tetesan pertama dan terakhir jauh lebih besar yang berdampak pada ketegasan goresan.
Waktu Pengerjaan
Waktu pengerjaan batik cap relatif singkat. Bahkan dalam waktu satu bulan mampu menghasilkan puluhan lembar kain batik. Berbeda dengan batik tulis yang menghabiskan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikan satu lembar kain. Jika motif yang dikerjakan cukup rumit maka waktu yang dibutuhkanpun lebih lama.
Harga
Perbedaan yang paling mencolok di antara keduanya adalah harga. Batik cap dibanderol dengan harga yang lebih murah daripada batik tulis. Hal yang wajar mengingat proses pembuatan batik tulis lebih lama dibandingkan dengan batik cap.