TUBAN, Tugujatim.id – Udeng merupakan penutup kepala tradisional untuk kaum pria yang telah lama digunakan masyarakat Jawa.
Pada era ini, banyak karya yang diciptakan untuk memodifikasi udeng. Salah satunya udeng adem ayem khas Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Beda dengan udeng lainnya, udeng adem ayem berbalut batik tulis gedog.
Batik tulis gedog sendiri merupakan mahakarya monumental yang memiliki nilai sejarah maupun filosofis bagi masyarakat Bumi Ronggolawe (sebutan lain Tuban). Batik tulis gedog biasanya digunakan untuk acara adat, pernikahan, kelahiran, dan kematian.
Pada acara kelahiran, bayi yang baru lahir dibungkus dengan batik tulis gedog polos yang berwarna putih sebagai lambang kesucian. Sedangkan pada acara pernikahan, batik tulis gedog dipakai oleh pengantin dan digunakan sebagai mahar.
Pengrajin udeng adem ayem, Manaf Abdi menyampaikan bahwa pembuatan kerajinan ini dimulai pada 2017. Ia bersama sang istri mulai mencoba memproduksi udeng dengan memasukkan unsur motif batik tulis gedog. Alasannya, selain sarat akan nilai sejarah, batik khas Tuban memiliki nilai seni yang tinggi serta terdapat keunikan yang terletak dari garis-garis tenunnya, seperti motif burung hong.

Selain udeng, usaha kerajinan miliknya juga memproduksi songkok jas hingga baju batik untuk segala usia.
Ia juga menyampaikan bahwa niat awal hanya ingin mempopulerkan udeng sebagai warisan budaya. Sebab, menurutnya, udeng kurang dikenal generasi sekarang. Terlebih tren anak muda lebih suka menggunakan topi atau aksesoris kepala lain yang dianggap lebih kekinian.
“Tren fashion anak muda banyak menggunakan penutup kepala dengan topi. Lah dari ide ini, saya ingin coba membumikan udeng ke anak muda, bahwa udeng khas batik gedok juga sama kerennya,” ucap warga Desa Kapu, Kecamatan Merakurak, Tuban itu.
Saat ini, pangsa pasar produknya telah meluas hingga ke luar daerah. Dalam sehari, ia harus memproduksi minimal 30 udeng untuk memenuhi pesanan konsumen. “Terlebih pada momentum peringatan HUT RI atau Hari Jadi Tuban produksinya bisa mencapai dua kali lipat dari biasanya,” ungkapnya.
Selain masyarakat umum, udeng produksinya juga digemari para pegawai setingkat pejabat pemerintah daerah hingga Wakil Gubernur Jawa Timur. Bahkan kini, udeng khas Tuban seakan menjadi ikon wajib yang harus digunakan, baik pada acara formal maupun non-formal.

Untuk harga, udeng produksinya dipatok bervariasi antara Rp30 sampai Rp250 ribu per buah, tergantung bahan batik yang digunakan.
Manaf berharap, udeng khas Tuban semakin banyak digemari semua kalangan dan pasarnya semakin meluas.
Ia juga berpesan kepada komunitas dan pelaku UMKM Tuban untuk bersama-sama menguasai pasar lokal dengan terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). “Kalau SDM-nya bagus, akan tercipta produk yang bagus dan digemari pasar,” pungkasnya.
Reporter: Rochim
Editor: Lizya Kristanti