SURABAYA, Tugujatim.id – Tanggal 2 Mei, hari lahir Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara setiap tahun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Di Surabaya, ada satu museum menarik yang mengulas seputar dunia belajar mengajar zaman dulu, namanya Museum Pendidikan Surabaya.
Mumpung bertepatan dengan hari ini, 2 Mei 2023, akan lebih menarik jika merayakan Hari Pendidikan Nasional dengan sambil belajar di Museum Pendidikan Surabaya. Museum ini diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 25 November 2019.
Bangunan ini dulunya merupakan bekas Sekolah Taman Siswa. Sekolah bagi anak-anak pribumi Surabaya di zaman kolonial pada masa itu.
Tampak depan, bangunan klasik bercat putih, perpaduan antara dinding batu bata, besi, kayu, serta berjendela lebar semakin menunjukkan khas Belanda. Nuansa teduh, pohon-pohon yang tidak seberapa tinggi tetapi rindang dengan deretan kursi-kursi dan mejanya ini membuat pengunjung betah berlama-lama walau hanya sekadar duduk santai.
Tapi, akan lebih memukau bila memasuki bangunan utama ini. Pintu pertama akan disambut dengan dua patung manusia yang hidup di zaman klasik. Menandakan, peradaban pendidikan sudah terjadi sejak zaman dulu.
Lalu, beberapa kumpulan kitab dengan aksara Jawa dan ejaan kuno yang asli ditulis tangan terpajang rapi di etalase kaca.
Setelah itu memasuki pintu kedua akan disambut dengan dua patung lagi yang memperlihatkan seorang anak sedang belajar mengaji kepada seorang guru. Patung yang berukuran normal dengan tubuh manusia itu menunjukkan bahwa dunia pendidikan tidak hanya didapat dari ilmu-ilmu umum tetapi juga ilmu agama.
Lalu berbelok ke arah kanan, ruangan tengah lumayan luas memajang beberapa koleksi pendidikan di zaman kolonial hingga kemerdekaan. Mata akan langsung tertuju dengan papan bertulisan “Ini Ibu Budi, Ini Bapak Budi. Bagi generasi awal, kalimat tersebut nyaris tidak pernah absen untuk digunakan sebagai latihan membaca. Metode belajar membaca yang digunakan terakhir pada 2014 tersebut diciptakan oleh Ibu Siti Rahmani Rauf.
Lalu, ada sebuah sepeda onthel yang identik digunakan oleh siswa untuk berangkat sekolah, lalu ada sepeda motor yang digunakan oleh orang tua ketika mengantarkan anak dan satu lagi sepeda onthel jengki yang kerap kali digunakan oleh guru zaman dulu untuk berangkat ke sekolah.
Kemudian memasuki ruangan ketiga, ada banyak koleksi buku-buku, alat tulis, alat menghitung, mesin tik, rapor sekolah zaman dulu, hingga buku-buku pelajaran yang digunakan pada tahun 80-an hingga 2000 awal.
Ada juga tiga ruangan belajar yang lengkap dengan sarana dan prasarana saat masa kolonial. Selain itu, ada perpustakaan mini dengan koleksi beberapa buku juga tersedia. Sayangnya, saat Tugujatim.id bertandang ke Museum Pendidikan Surabaya, kedua ruangan itu tertutup rapat.
Museum Pendidikan Surabaya tidak hanya menyajikan tentang edukasi bagaimana dunia pendidikan di masa klasik hingga modern. Sebab, bangunan cantik ini tersusun estetik. Lampu-lampu antik yang menggantung, lalu beberapa pohon yang terpajang membuat museum ini semakin cantik di setiap sudutnya. Sehingga cocok untuk dijadikan spot foto.
Menariknya lagi, museum yang berada di Jalan Genteng Kali No 10, Genteng, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, ini berada di dalam kompleks Taman Ekspresi. Dengan pemasangan Sungai Kalimas, duduk-duduk bersantai di taman ini selepas mengunjungi museum menjadi kegiatan yang mengasyikkan. Disediakan juga beberapa bangku untuk pengunjung.
Dioperasionalkan mulai Selasa sampai Minggu pukul 08.00-15.00 WIB. Memasuki Museum Pendidikan Surabaya tidak dipungut biaya masuk. Sementara itu, untuk motor dapat diparkirkan di Taman Ekspresi Surabaya.