MALANG, Tugujatim.id – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, menorehkan prestasi gemilang. Lembaga pemeringkat perguruan tinggi dunia World University Ranking (UniRank) menempatkan UMM di posisi nomor wahid.
UMM tidak sendirian dalam melambungkan pamor pendidikan tinggi di Indonesia. Dua “saudaranya” juga turut mengibarkan panji-panji keunggulan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di peringkat keempat dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di posisi kedelapan. UniRank mengumumkan hasil pemeringkatan mereka bertajuk The 2021 UniRank: University Ranking of the Top Islamic Universities in the World itu medio Februari silam.
Pujian dan selamat pun berdatangan, termasuk dari Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
“Saya Mendikbud Nadiem Makarim mengucapkan selamat kepada tiga perguruan tinggi Muhammadiyah yang telah berhasil menduduki 10 besar Top Islamic University versi UniRank,” kata Mas Menteri sebagaimana di laman umm.ac.id, Senin (01/03/2021).
Dengan peringkat tersebut, UMM mengungguli kampus-kampus Islam ternama di Iran dan Mesir. Iran University of Science and Technology menempati posisi kedua dan Cairo University menempati posisi ketiga.
Tugu Jatim mencoba mengulik rahasia dan kiat sukses UMM, perguruan tinggi di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah itu.
Kebiasaan Baik Menulis dan Mensyiarkan Tri Dharma UMM
Asisten Rektor Bidang Akreditasi Nasional UMM Soeparto memaparkan kebiasaan baik yang istiqomah (konsisten) diamalkan UMM. Dia menyebut dua kebiasaan itu ialah menulis dan merekam setiap kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dikerjakan UMM, baik di bidang pendidikan, penelitian, maupun pengabdian masyarakat.
“Kebiasaan baik yang bersinggungan erat dengan UniRank adalah menuliskan apa yang dikerjakan dan mengomunikasikan apa yang ditulis. Bisa jadi, kampus mempunyai seabrek kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, tapi kalau tidak ditulis, tak ada bekas yang tersisa,” kata Soeparto kepada Tugu Jatim, Rabu (24/03/2021).
Soeparto menilai rekam jejak itu amat penting. Gunanya untuk mengetahui posisi UMM di antara perguruan tinggi lainnya.
“Jika masih di bawah standar, bisa dipakai untuk pemicu gerak dan langkah. Bila sudah di atas rata-rata, sumber daya yang ada bisa diarahkan untuk menciptakan inovasi-inovasi yang ada di luar mainstream,” ujarnya.
Selain kebiasaan “menulis” dan “merekam”, Soeparto menjelaskan, UMM juga memanfaatkan konvergensi media sosial sebagai wadah membagikan tulisan, artikel, foto, video, atau konten berisi kegiatan-kegiatan Tri Dharma UMM.
“Rekam jejak harus dikomunikasikan lewat berbagai media seperti website, YouTube, Facebook, dan berbagai medsos lain. Melalui berbagai media itulah, publik termasuk UniRank “mengendus” aktivitas akademik di UMM,” jelasnya.
Untuk kepentingan peringkat, UMM tidak dituntut mengirimkan data, berkas, prestasi, sertifikat atau semacam itu ke UniRank. Namun, justru pihak UniRank yang secara proaktif menangkap “frekuensi” dan memantau aktivitas UMM.
Tahapan Mewujudkan Visi Masa Depan UMM
Soeparto mengatakan, sejak awal berdiri UMM telah membangun visi yang diperkuat tagline “the real university“.
“Sejak UMM berdiri, ada sosok ‘founding fathers‘ bernama Malik Fadjar, sudah membangun visi agar UMM menjadi the real university. Sederhana, tapi menggurita, yang akhirnya dioperasionalkan menjadi tahapan capaian,” ujarnya.
Soeparto menguraikan tiga tahapan itu meliputi national competitiveness (daya saing nasional), international accreditation (akreditasi internasional), dan tahap international competitiveness (daya saing internasional). Tahap pertama berlangsung pada kurun 2018–2022. Selanjutnya tahap akreditasi internasional dipatok pada 2022–2026 dan pada 2026–2030 UMM diharapkan mencapai tahap daya saing internasional.
Dia menekankan berbagai inovasi dan tradisi akademik UMM itu bukan untuk “menembak” atau menarget masuk peringkat di UniRank. Lebih dari itu, “pencapaian visi UMM itu jauh lebih penting.”
Internasionalisasi UMM dan Jalinan Kerja Sama Luar Negeri
“Internasionalisasi di UMM sudah dimulai sekitar tahun 2000-an, sebelum banyak perguruan tinggi menyadarinya. Sekitar Oktober 2004, saya diangkat menjadi Asisten Rektor Bidang Kerja Sama Luar Negeri yang sebelumnya sudah ditempati dua orang, yaitu Dr Achmad Habib dan Ir Arman Sudiyono MP,” jelasnya.
Internasionalisasi UMM ditempuh melalui beberapa fase, meliputi international awareness (kesadaran internasional), international exposure (membuka pintu internasional), dan world class university (universitas kelas dunia).
“Saat ini ada di fase international recognition (pengakuan internasional) dan diharapkan pada 2030 sudah mencapai fase world class university untuk mendukung tahapan international competitiveness,” jelas Soeparto.
Dia memaparkan jalinan kerja sama luar negeri UMM, seperti Australian Consortium For In Country Indonesian Studies (ACICIS) yang menjangkau 26 kampus dari Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS). Belum lagi, kerja sama dengan Program Eramus Plus dengan dana Uni Eropa yang punya 12 konsorsium perguruan tinggi dari Eropa, Asia, dan Afrika.
Wakil Rektor I Bidang Akademik UMM Prof Dr Syamsul Arifin MSi menyampaikan, internasionalisasi UMM terjadi manakala ada pengakuan atau rekognisi sekaligus pengembangan jejaring luar negeri. Pengembangan jejaring itu dilakukan, baik secara personal maupun kelembagaan.
“Tentu, untuk mendapat kepercayaan ada keunggulan dan keunikan. Karena itu, UMM terus mengembangkan keunikan dan keunggulan dari prestasi akademik atau non-akademik. Sehingga pihak luar negeri mau berjejaring dan berkolaborasi,” jelasnya.
Menurut Syamsul, pengakuan luar negeri atas kualitas UMM tecermin dari akreditasi internasional. Beberapa program studi (prodi) sudah mengantongi akreditasi internasional dari Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE). Prodi lainnya tahap persiapan akreditasi Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA), Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik (ASIIN, Badan Akreditasi Program Studi Teknik, Informatika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Matematika), dan Agency for Quality Assurance (AQAS).
“Pada 2021, UMM menyiapkan 22 prodi untuk mendapat akreditasi internasional seperti dari FIBAA, ASIIN, AQAS, dan lain-lain,” katanya seraya menambahkan tiga prodi telah mendapatkan sertifikasi internasional dan dua lainnya dalam proses, yakni prodi manajemen, biologi, peternakan, psikologi dan komunikasi.
Inovasi UMM dan Muhammadiyah Peduli Pendidikan
Persyarikatan Muhammadiyah dikenal sangat peduli terhadap pendidikan, selain kesehatan. Tidak terkecuali UMM.
“Saat ini, going global itu keniscayaan, bukan pilihan. Gerakan internasionalisasi UMM itu bukti kalau UMM peduli dengan perkembangan dinamika pendidikan secara global, apalagi nasional,” tegasnya.
Atas pencapaian UMM tersebut, Ketua Umum PP Prof Dr Muhammadiyah Haedar Nashir MM menyampaikan apresiasinya.
“Semuanya telah berbuat dengan cerdas, berkualitas, profesional, objektif, serta memberi manfaat strategis dan kemanfaatan besar bagi kemajuan persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan global. Terima kasih,” ujarnya.
Dalam mengoperasikan lembaga pendidikan dan organisasi, Muhammadiyah memakai pola kepemimpinan kolegial, bukan mengandalkan satu sosok saja.
“Rektor UMM (Dr Fauzan MPd), misalnya, dalam berbagai kesempatan senantiasa menekankan agar kita kerja yang inovatif, bukan rutin. Kalau rutin, kerja 10 tahun sama dengan pengalaman 1 tahun diulang 10 kali,” katanya.
Kesaksian Alumni: UMM Memberi Ruang Kreasi dan Inovasi
Pencapaian tersebut membuat alumni UMM bersyukur dan bangga. Salah satunya ialah Badaruddin Boleng Arkiang yang kini menjabat sebagai Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Ketika mendengar UMM menjadi Perguruan Tinggi Islam Terbaik versi UniRank 2020/2021, sebagai alumnus tentu saya amat bangga atas prestasi ini. Prestasi yang patut diperoleh, karena begitu banyak kemajuan yang dibuat UMM,” ujar alumnus Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UMM, angkatan 1988 itu.
Dia memuji berbagai inovasi yang dikembangkan UMM sehingga almamaternya itu layak dinobatkan sebagai kampus Islam terbaik dunia versi UniRank.
“Baik aspek akademis, inovasi-inovasi telah dilakukan. Penelitian dan pengembangan masyarakat, aspek infrastruktur begitu berkembang dan megah. Prestasi ini persembahan terbaik seluruh civitas academica UMM atas kerja keras selama ini,” kata Badaruddin.
Badaruddin juga mengapresiasi kebijakan kampus UMM yang terus merawat unit kegiatan mahasiswa (UKM), termasuk himpunan mahasiswa jurusan, senat mahasiswa, dan ikatan mahasiswa penulis.
“Untuk kegiatan kemahasiswaan, ada himpunan mahasiswa jurusan, senat mahasiswa, ikatan mahasiswa penulis, Tabloid Lestari. Mahasiswa yang tertarik pada dunia jurnalistik, dapat mengekspresikan ide dan gagasannya untuk pembaruan dan pengembangan tabloid itu,” ujar dia.
Badaruddin mengenang pada masa kuliah dulu, sarana-prasarana di UMM seperti perpustakaan masih sangat terbatas. Fasilitas komputer belum ada, apalagi internet belum ada. Dalam kondisi seperti itu, perpustakaan tetaplah menjadi tempat andalan mahasiswa mencari referensi.
Dia mengapresiasi upaya keras Malik Fajar sebagai Rektor UMM periode 1990-an dalam memajukan UMM. Menteri Pendidikan Nasional Kabinet Gotong Royong (2001-2004) itu menempuh dua pendekatan. Pertama, membangun fisik kampus. Kedua, memajukan kualitas pengajar dengan menyekolahkan dosen-dosen UMM.
“Dari waktu ke waktu, UMM lebih maju. Konsekuensi logis dari dua pendekatan tersebut adalah pembiayaan kuliah yang semula begitu murah akhirnya mulai meningkat,” ujar Badaruddin.
Terlepas dari konsekuensi tersebut, Badaruddin memandang kemajuan dan prestasi kampus induk semangnya dalam menimba ilmu itu luar biasa. Para mahasiswanya pun mendapatkan ruang untuk mengasah diri di berbagai kegiatan kampus. (Rangga Aji/ln)