PASURUAN, Tugujatim.id – Pondok Pesantren Kramat Kraton, salah satu pesantren tua yang menjadi pusat perkembangan agama Islam di wilayah Pasuruan. Ponpes yang terletak di desa Kramat, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan ini sudah berdiri sejak tahun 1900 M. Pertama kali didirikan oleh KH Abdul Karim Thoyyib.
Semangatnya untuk mensyiarkan agama Islam diturunkan dari ayahnya, Kyai Thoyyib bin Qodli, yang juga giat berdakwah di Pasuruan sejak akhir abad ke 19. Bahkan saudara kandungnya, KH Abd Ghafur Thoyyib mendirikan pesantren di desa Bendungan dan desa Gerongan.
“Beberapa pesantren yang diasuh oleh keturunan KH Thoyyib bin Qodli berjejer ke arah utara, mulai dari desa Bendungan, desa Kramat, desa Kraton, dan Gerongan,” ujar Ketua Umum Ponpes Kramat, KH Malihul Karim As’ad, dikutip dari kramatmediapers.com.
Pendirian Ponpes ini diawali ketika Kiai Abdul Karim Thoyyib melakukan ibadah salat istikharah. Dalam penglihatannya tampak secercah sinar yang terang.
Ketika sinar itu dihampiri, Kiai Abdul Karim Thoyyib mendapati dirinya berada di suatu lahan di desa Kramat.
“Dari peristiwa itu beliau mantap mendirikan pesantren di lokasi munculnya sinar terang tersebut. Pendiriannya sekitar awal tahun 1900,” ungkapnya.
Berdirinya Pondok Pesantren Kramat ini memiliki kontribusi besar bagi penyebaran Islam di Pasuruan. Setelah mendirikan Ponpes Kramat, KH Abdul Karim Thoyyib bersama Habib Abdullah dari Bangil Pasuruan, giat berdakwah dari satu masjid ke masjid lain.
Mereka membentuk puluhan kelomlok pengajian dan majelis taklim. Termasuk mendirikan sekitar 30 masjid sebagai pusat belajar agama bagi masyarakat.
“Pengajian-pengajian itu diyakini sebagai pengajian pertama di wilayah Pasuruan. Sebagian besar sampai sekarang juga masih berlanjut. Seperti pengajian di Masjid Jami Al-Anwar dan Masjid Kebonagung yang dipercaya sebagai masjid tertua di Pasuruan,” ungkap.
KH Hidayatullah Munib dalam tulisannya di buku Mutiara Terpendam menjelaskan meskipun sudah berdiri lebih dari 1 abad, Ponpes Kramat masih tetap bisa eksis hingga saat ini. Pesantren tua ini dikenal baik melalui tradisi salafnya, dengan ciri khas pembacaan Manaqib Al-Karamah Syekh Abdul Qadir Jaelani atau yang juga terkenal dengan Manakib Kramat.
“Di Ponpes Kramat sendiri, Manakib al-Karomah ini dibaca tiap hari, terutama ba’da magrib dan saat malam Jumat. Kalau di kampung sekitar dibaca majelis pengamalnya tiap sebulan sekali. Tiap setahun sekali juga digelar haul akbar Syekh Abdul Qadir al-Jaelani yang dihadiri hingga ribuan jamaah,” kata KH Malihul Karim As’ad.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Manaqib Al Karomah ini berkembang hingga hampir ke seluruh kecamatan di Kabupaten Pasuruan, seperti Rejoso, Lekok, Sukorejo, Grati, Lumbang, dan lainnya. Bahkan tradisi ini juga menyebar hingga ke kabupaten lain, termasuk Probolinggo, Tuban, Malang, hingga Babat Lamongan.
“Manakib ini diyakini membawa keistimewahan bagi pengamalnya. Pernah suatu daerah di Pasrepan sedang kesulitan air. Setelah dibacakan Manaqib al-Karomat ini, berangsur-angsur muncul beberapa sumber air,” pungkasnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim