MALANG, Tugujatim.id – Kabupaten Malang terkenal dengan Museum Singhasari yang menyimpan banyak sejarah. Bahkan, di sana Anda bisa belajar tentang sejarah dengan melihat langsung benda-benda kuno yang menjadi saksi peradaban nenek moyang kita. Seperti apakah Museum Singhasari yang terkenal itu?
Dengan melihat artefak, Anda bisa melihat bagaimana gambaran peristiwa-peristiwa yang terjadi ratusan tahun lalu secara nyata dan lebih dekat. Museum Singhasari yang menjadi salah satu tempat belajar sejarah ini terletak di Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Museum ini berada di Perumahan Singhasari Residence, sekitar 3 kilometer dari Pasar Singosari.
Ketika berkunjung ke sana, Anda akan melihat bagian depan Museum Singhasari yang berupa taman dan dilengkapi dengan patung Ken Dedes dan Ken Angrok, pemimpin Kerajaan Singhasari yang terkenal akan kisahnya.
Jalan setapak di taman tersebut mengarahkan pengunjung ke pendapa yang di bagian depannya “dijaga” oleh dua patung Dwarapala. Lalu di tengah pintu masuk pendapa, Anda akan menemui pintu Lingga-Yoni. Sedangkan di sisi kanan pendapa, ada selasar yang dindingnya berisi gambar ilustrasi tokoh-tokoh dari kidung Topeng Malangan yang berjudul Panji Magasmara.
Turun ke bawah dari selasar, Anda akan menemui ruang pameran dengan koleksi-koleksi artefak dari berbagai zaman.
“Beberapa koleksi di sini ada yang asli, ada juga yang replika,” ujar pemandu Museum Singhasari Bagus Roseno saat mendampingi Tugu Malang, partner Tugu Jatim, saat menjelajahi museum pada Senin (07/03/2022).
Dia mengatakan, salah satu koleksi replika di museum ini adalah Arca Bhairawa yang aslinya ada di Museum Leiden, Belanda.
“Kalau koleksi yang asli di museum ini ada batu-batu ini,” ucap Bagus sambil menunjukkan sekelompok batu berwarna merah bata dan kelabu yang berada di tengah-tengah ruangan.
Dia melanjutkan, batu-batu tersebut merupakan bagian dari situs-situs bersejarah yang ada di Malang. Salah satunya berasal dari situs Sekaran dan Watugede.
Ada juga koleksi keris khas Singosari yang sebelumnya dimiliki kolektor keris asal Kecamatan Tumpang. Menariknya, dari tujuh buah keris yang dipamerkan, hanya satu yang asli.
“Dia (kolektor, red) bilang salah satu dari tujuh keris ini ada yang asli. Tapi, nggak dikasih tahu yang mana,” ujar Bagus.
Selain artefak dari masa kerajaan-kerajaan kuno, Museum Singhasari juga menyimpan koleksi topeng-topeng karya maestro Topeng Malangan Mbah Karimun.
“Ini adalah topeng-topeng karya Mbah Karimun sebelum beliau wafat. Ada 72 topeng yang mewakili 72 karakter manusia. Tapi, nggak semuanya dipamerkan,” jelas Bagus.
Ada pula diorama atau sajian tiga dimensi dari kisah Ken Angrok saat merebut kekuasaan dan istri Akawu Tunggul Ametung. Diorama dibuat dengan apik dan mendetail sehingga pengunjung bisa langsung paham dan bisa membayangkan kejadian yang sebenarnya.
Dia menjelaskan, ke depannya museum ini akan lebih banyak menyajikan ilustrasi dan visualisasi sejarah dari kerajaan-kerajaan yang ada di Malang agar lebih menarik perhatian masyarakat.
“Kami berencana membuat komik dan juga kilas balik sejarah berdirinya Kerajaan Singhasari dalam bentuk foto. Jadi, kami cosplay seperti tokoh-tokoh kerajaan dan berfoto di tempat-tempat bersejarah,” tutur Bagus.
Museum Singhasari buka setiap hari Senin-Jumat. Namun, pengunjung bisa melakukan reservasi untuk berkunjung di hari Sabtu atau Minggu.
“Saat ini masih mengikuti jam kerja dinas. Tapi, ke depannya ada rencana hari Minggu buka,” kata Bagus.
Museum Singhasari tidak memiliki biaya masuk. Siapa saja boleh masuk dan melihat-lihat koleksi tanpa membayar sepeser pun.
Untuk menambah koleksi, museum ini bersedia membantu warga yang menemukan artefak. Penemuan bisa dilaporkan langsung ke museum atau bisa juga ke kepala dusun masing-masing. Setelah mendapat laporan, pihak museum nanti akan membantu penyelamatan benda bersejarah tersebut beserta administrasinya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim