TUBAN, Tugujatim.id – Angin baratan yang datang awal tahun ini membawa lebih dari sekadar gelombang tinggi bagi nelayan Tuban. Musim yang selalu menjadi momok ini kini terasa lebih ganas.
Cuaca buruk meningkat 40 persen dibanding tahun lalu. Kapal-kapal karam, tanggul laut jebol, dan rob meluap ke daratan. Bagi para nelayan Tuban, ini bukan sekadar musim paceklik—ini ujian bertahan hidup.
Koordinator Ketua Nelayan Kabupaten Tuban (KKNKT) Ahmad Khusnul Abidin mengungkapkan, sebagian besar nelayan memilih tidak melaut. Mereka memilih memperbaiki perahu.
“Cuaca tidak stabil, ombak tinggi. Daripada mengambil risiko, lebih baik memperbaiki kapal dan alat tangkap,” katanya pada Sabtu (03/02/2025).
Baca Juga: Kronologi Aksi Bejat Pemilik Panti Asuhan di Surabaya, Diduga Rudapaksa Anak di Bawah Umur
Namun, bertahan di darat bukan tanpa tantangan. Tidak ada pemasukan dari laut berarti mereka harus mencari cara lain untuk menyambung hidup.
“Sebagian mencoba budi daya perikanan, sebagian lagi beralih ke pekerjaan lain, seperti proyek bangunan, menarik becak, atau mengelola hasil tangkapan yang masih ada,” ujar Ahmad.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya bantuan. Hingga kini, belum ada bantuan signifikan dari pemerintah.
“Yang ada hanya dukungan moril dari paguyuban dan komunitas nelayan,” katanya.
Meski begitu, harga ikan di pasaran justru cenderung stabil, bahkan naik.
“Tangkapan semakin sulit, jadi harga ikut terdongkrak,” ucapnya.
Bagi nelayan yang tetap berusaha bertahan di pesisir, satu masalah lain muncul yakni tambat labuh yang belum memadai. Banyak kapal harus berdesakan, mencari tempat yang lebih aman dari amukan ombak.
“Kondisi tambat labuh saat ini kurang memadai. Beberapa plengsengan rusak karena abrasi dan ombak besar,” ujar Ahmad.
Baca Juga: Geger! Warga Mojosari Mojokerto Temukan Jasad Tukang Bakso Membusuk di Kos-kosan
Dia dan para nelayan Tuban sudah menyampaikan keluhan ini ke pemerintah agar segera diperbaiki dan pembangunan tambat labuh di wilayah yang belum memiliki fasilitas. Di tengah ketidakpastian ini, nelayan Tuban hanya bisa berharap ada perhatian lebih dari pemerintah. Nelayan butuh solusi nyata, tidak hanya bantuan saat ada bencana.
“Infrastruktur untuk perlindungan kapal harus ditingkatkan dan kalau bisa ada asuransi untuk perahu kecil di bawah 7 GT,” harap Ahmad.
Bagi nelayan Tuban, laut adalah hidup. Namun, saat laut tidak bersahabat, mereka harus bertahan dengan cara lain—menunggu cuaca membaik, memperbaiki kapal, dan berharap ada perubahan dari darat sebelum bisa kembali berlayar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Mochamad Abdurrochim
Editor: Dwi Lindawati