MALANG – Pemandangan yang terlihat di Jalan Ahmad Yani RT 26 RW 07 Desa Sekarpuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang ini terbilang unik. Sebab, para warga desa sukses menyulap lahan kosong di tengah perkampungan menjadi areal pertanian yang bisa dipanen secara gratis oleh warga. Namanya: Omah Sayur.
Omah Sayur itu sendiri dirintis oleh warga desa sendiri dengan saling bahu-membahu dan berdikari memanfaatkan lahan kosong di sekitarnya untuk ditanami sayuran. Yang mana sayuran tersebut dipanen dan digunakan untuk kebutuhan warga sehari-hari tanpa harus membeli.
Diinisiasi salah seorang warga, Omah Sayur sendiri adalah sebuah halaman kecil di rumah pribadi milik Eko Cahyono, salah seorang inisiator kebun organik mandiri ini. Halaman kecil di depan Perpustakaan Anak Bangsa yang kemudian disulap jadi kebun sayur organik mandiri.
”Sayur mayur di sini, ditanam untuk dikonsumsi oleh warga masyarakat sendiri secara gratis, jika membutuhkan. Jadi siapapun setiap hari bisa panen sendiri di Omah Sayur,” ungkapnya kepada reporter Tugu Malang, Tugu Jatim Group, Selasa (4/8/2020)
Usut punya usut, Omah Sayur bahkan sudah digagas sejak 2011 silam. Sehingga kebutuhan pokok bahan pangan masyarakat bahkan sudah stabil meski dihantam pandemi COVID-19. Bahkan, ada juga warga luar desa yang memanfaatkan hasil panen Omah Sayur secara gratis.
Di masa Pandemi, kata Eko, Omah sayur jadi lebih penting keberadaannya bagi ibu-ibu warga desa saat paceklik.
”Setidaknya bisa mengurangi jatah uang belanja sayuran. Yang harusnya beli tidak perlu lagi, tinggal petik saja. Ada banyak mulai kemangi, kangkung, selada, kemangi, terong, cabe , jahe, kunyit, serai semua ada. Tinggal datang dan pulang, gratis,” katanya.
Hingga saat ini ada sekitar 25 tanaman siap panen mulai sawi daging, sawi, kangkung, kemangi, tomat, cabai merah, cabai kecil, terung, terung ungu, bayam, bawang prei, bawang putih, jahe merah, jahe biasa, jeruk purut, daun salam, serai, pandan, selada, seledri, dan juga lidah buaya.
”Juga ada empon-empon seperti lengkuas, kunyit dan juga daun kelor. Dulu juga ada sempat buah, tapi udah enggak. Sekarang fokus di sayur-mayur saja untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Untuk media tanam di Omah Sayur sendiri terbilang sederhana, yakni menggunakan media polybag. Selain hemat lahan, juga hemat air. Pemupukannya juga organik, menggunakan pupuk kandang dan campuran media tanah dan sekem padi.
”100 persen organik. Jadi lebih aman dikonsumsi,” tukasnya.
Saat ini, kata Eko sudah ada sekitar 700 polybag yang berhasil dibudidayakan. Sebenarnya jika lebih bisa mencapai 2.500 polibag. Tapi terkendala dana untuk membeli polybag maupun benih.
”Kami juga menerima saja kalau ada yang membantu pengembangan omah sayur,” imbuhnya.
Berangkat dari hobi berkebun saja, Eko berharap dengan Omah Sayur bisa menginspirasi masyarakat untuk semakin mencintai lingkungan sekitar dan memanfaatkan anugerah bumi Indonesia yang subur ini.
”Saya cuma ingin menanamkan bahwa Indonesia ini negeri subur dan makmur. Tongkat kayu dan batu saja bisa tumbuh, apalagi sayuran. Ayo dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kita harus mandiri,” harapnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Gigih Mazda