BOJONEGORO, Tugujatim.id – Pemkab Bojonegoro melalui dinas kebudayaan dan pariwisata menggelar Focus Group Discussion (FGD) Hasil Penelitian Sejarah Peradaban Majapahit di Bojonegoro. Acara FGD sejarah ini ditujukan untuk menunjukkan posisi strategis Bojonegoro pada masa Kerajaan Majapahit.
Seperti yang disampaikan Prof Dr Agus Aris Munandar yang merupakan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) sebagai pembicara dalam FGD sejarah, dia mengatakan, Bojonegoro adalah satu dari 7 karysan masa Kerajaan Majapahit. Karsyan merupakan tempat bermukimnya para kaum Rsi yang jauh dari keramaian.
Menurut Prof Agus, ada tujuh tempat karsyan, salah satunya bisa jadi ada di Bojonegoro. Ini sejalan dengan apa yang ditulis di Nagarakratagama, Raya Jayanegara mengungsi ke Bedander saat pemberontakan Ra Kuti.
“Sangat mungkin Bedander itu Bojonegoro,” kata dia dalam FGD sejarah yang berlangsung pada Senin (29/11/2021).
Menurut dia, beberapa bukti yang menunjukkan Bojonegoro sebagai salah satu karysan, di antaranya banyak talam-talam besar dan kapuradani.
“Bojonegoro adalah wilayah karsyan Dandhara (Sumpud). Tiap karsyan itu ada sumber air dan guanya juga. Di Dander kan ada di Mata Air Grogolan,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Bojonegoro Anna Muawanah menyampaikan, tambang minyak yang dimiliki Bojonegoro mempunyai sejarah panjang.
“Bojonegoro itu menyumbang 30% minyak nasional. Nah, minyak ini kan asal usulnya dari fosil. Artinya, Bojonegoro punya sejarah panjang,” terangnya.
Bupati Anna juga sangat mendukung dengan adanya penelitian-penelitian sejarah di Bojonegoro. Di antaranya, tentang Bedander yang merupakan wilayah di Bojonegoro serta temuan-temuan artefak. Sejarah Bojonegoro dianggap sangat penting untuk menentukan kebijakan atau regulasi yang akan dibuat Pemkab Bojonegoro.
“Ini bisa menentukan langkah pemkab untuk membuat kebijakan di kemudian hari di bidang cagar budaya,” tegasnya.
Sebagai informasi, dalam FGD ini juga membeberkan hasil penelitian dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur tentang situs Wotanngare yang banyak menyimpan benda-benda purbakala. FGD ini juga dihadiri Kepala Disbudpar Bojonegoro Budiyanto, para guru sejarah, hingga peserta dari berbagai perguruan tinggi dan masyarakat umum.