SURABAYA, Tugujatim.id – Pemerintah Kota Surabaya resmi memberlakukan metode penumbuhan karakter di seluruh sekolah tingkat SD hingga SMP sebagai pengganti tugas pekerjaan rumah (PR) yang dianggap menjadi momok bagi para siswa. Pemberlakuan ini diikuti dengan memangkas jam belajar di sekolah hingga pukul 12.00. Untuk teknis metodenya diserahkan kembali kepada masing-masing sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, metode penumbuhan karakter tersebut dipastikan tidak mengurangi hak-hak anak, khususnya terkait durasi pembelajaran.
“Jam efektif untuk mata pelajaran itu tetap kami laksanakan tanpa mengurangi ketentuan yang sudah ditetapkan Kemendikbud, yakni belajar minimal lima jam sehari mulai pukul 07.00-12.00 WIB. Selanjutnya kami arahkan para siswa kepada kegiatan pembelajaran seperti seni, agama, dan lain-lainnya sesuai karakter dan arah mereka,” katanya saat ditemui Tugujatim.id, Senin (21/11/2022).
Yusuf melanjutkan, menurut dia, selain memenuhi hak durasi belajar juga untuk mengurangi potensi siswa mengalami kejenuhan. Selain itu, jam istirahat belajar siswa jadi terpenuhi setiap hari.
Selama masa metode penumbuhan karakter, para guru diminta untuk lebih dekat dan memahami muridnya. Tujuannya agar para pengajar tahu kapasitas, karakter, dan kebiasaan siswanya di dalam dan luar sekolah.
“Kami mengimbau para guru untuk lebih dekat kepada murid-muridnya agar tidak ada siswa yang pendiam dan menyembunyikan sesuatu di catatan atau handphonenya,” jelasnya.
Terkait evaluasi, Yusuf melanjutkan, akan tetap dilakukan selama sebulan sekali. Evaluasi tersebut secara spesifik akan menilai bagaimana kebijakan tersebut diterapkan di suatu sekolah sampai dengan metode pengajaran oleh gurunya.
Sementara itu, Pemerhati Pendidikan Kota Surabaya Eko Dhono menyampaikan, metode penumbuhan karakter yang dicanangkan Pemkot Surabaya melalui dinas pendidikan itu sangat tepat. Apalagi hampir tiga tahun terakhir, pembelajaran di sekolah dilakukan secara daring (online) sehingga aktivitas sosial antar siswa dan pengajar berkurang.
“Anak-anak kami menjadi anak yang kurang memahami kosakata dan lifestyle menurun sekali, di situlah tingkat kejenuhan pada anak-anak juga menjadi sangat tinggi,” ucapnya.
Eko menyampaikan, masa penumbuhan karakter bisa jalan lebih dari dua jam. Menurut dia, hal itu bisa menyeimbangkan otak kiri siswa selesai mengikuti pembelajaran efektif selama lima jam. Kebijakan itu dinilainya juga mendukung kurikulum merdeka belajar yang saat ini diberlakukan Pemerintah Indonesia.
“Bisa lebih fresh. Karena kegiatannya bisa diimplementasikan di banyak hal, seperti ekstrakurikuler menyanyi, main band, cheerleader, dan sebagainya,” ujarnya.
Dia juga meminta agar orang tua nantinya tidak terlalu khawatir berlebihan. Kuncinya, dia mengatakan, yakni tetap menjaga komunikasi antara orang tua dan anak.
“Artinya, ada interaksi. Inilah keharmonisan yang otomatis akan terbentuk,” tutupnya.