Selain itu, faktor pendidikan juga menjadi salah satu penyebab banyaknya dispensasi nikah di Bojonegoro.
“Kalau masyarakatnya miskin, tidak bisa menyekolahkan anaknya, jadi mereka memilih menikahkan meskipun masih usia di bawah umur,” ungkapnya.
Namun menurutnya, hal tersebut bisa dicegah dengan beberapa tindakan yang dilakukan pemerintah, seperti kemakmuran merata, tingkat pendidikan maju, layanan kesehatan bisa diakses mudah dan murah, dan tidak ada wilayah yang terisosi.
“Artinya kalau tingkat pendidikan maju, minimal satu kabupaten lulusan SMA semua. Sementara untuk wilayah terisolasi ini artinya semua wilayah sudah ada listrik, jalan menuju ke daerahnya sudah bagus mudah diakses,” ujarnya.
Selain itu juga bisa dilakukan pencegahan dengan memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait sebuah pernikahan.
“Pencegahan bisa dilakukan oleh kelompok masyarakat seperti PKK, kelompok NU, atau kelompok Muhammadiyah. Mereka bisa melakukan edukasi kepada masyarakat, bisa terkait bahaya menikah di bawah umur,” tuturnya.
Terakhir Sholikhin berharap masyarakat Bojonegoro memiliki tingkat pendidikan tinggi agar menjadi salah satu mencegah pernikahan di bawah umur.
“Saya berharap warga bojonegoro pendidikannya bisa lebih dari SMA agar tingkat diska dan maupun perceraian menurun,” pungkasnya.