LUMAJANG, Tugujatim.id – Kondisi Gunung Semeru belum sepenuhnya stabil. Pada 4 Desember 2021 Lalu, gunung tertinggi di Jawa ini kembali memuntahkan lahar dan menerjang 2 desa. Namun demikian, kehidupan para korban Semeru harus terus dilanjutkan. Dengan penuh rasa was-was, mereka kembali beraktivitas.
Erupsi gunung berapi ini tidak hanya menghancurkan rumah, tetapi juga telah merenggut 51 korban jiwa. Hingga saat ini, total ada 10.395 jiwa terpaksa mengungsi karena tidak ingin terdampak terjangan erupsi untuk kedua kalinya.
Hampir sebulan pasca bencana erupsi ini, optimisme warga yang tinggal di kaki Gunung Semeru mulai muncul meskipun dibayangi rasa was-was. Warga mulai memberanikan diri kembali beraktivtas.
Geliat aktivitas itu seperti terlihat di Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Sejumlah warga mulai menjalani aktivitas seperti hari biasa, bercocok tanam, memberi pakan ternak bahkan kembali membuka bengkel.
Seperti dilakukan Kusnan (48) yang mulai membuka bengkel kecilnya. Lokasi rumah dan bengkelnya tidak jauh dari aliran lahar di dekat Dusun Umbulan. Sekitar 15-20 meter. Namun, mau tidak mau dia harus tetap berpenghasilan.
Buka sejak seminggu yang lalu, dia sudah menerima permintaan jasa memperbaiki 5 sepeda motor yang rusak akibat banjir lahar. Kondisi motornya rata-rata sudah meleleh akibat lava panas.
”Tapi masih bisa dibenerin kok. Sekedar buat jalan. Rata-rata motor ini ya dipakai untuk ke tambang pasir, ngangkut kayu, ngangkut hasil kebun dan lain-lain,” tuturnya sembari menyiapkan alat bengkel.
Meski begitu, dirinya dan keluarga memilih untuk tetap mengungsi. Dia hanya membuka bengkelnya pada pagi hingga sore hari. Setelah itu, dia kembali ke pengungsian di SDN 04 Supiturang. Menurut dia, kondisi Gunung Semeru juga masih berbahaya.
Meski begitu, dia tidak ingin hari-harinya terus dihantui perasaan buruk tersebut. Mau tidak mau, dirinya harus tetap bekerja untuk mencari uang meski sedikit. Dia tidak ingin bergantung terus dari uluran tangan orang lain.
”Ekonomi harus tetap jalan. Saya pesen ke warga lain juga kembali semangat. Sudah diterima dan pasrah saja. Ini kan resiko tinggal di sini, yang penting tetep waspada,” tegas bapak 3 anak ini.
Raut wajah optimis itu juga tersirat pada wajah Mujianto (33). Saat ditemui, Mujianto sibuk mengambil pakan ternak yang disediakan di Posko Pakan Ternak. Dia merasa bersyukur, 3 dari 6 ekor sapinya masih terselamatkan.
Praktis hanya itulah yang dia punya dan harus dirawat sebaik mungkin. Di masa sulit seperti ini, dia bersyukur para donatur juga mendonasikan bantuan dalam bentuk pakan ternak.
”Sudah berapa minggu ini saya sudah gak bisa kerja apa. Lahan sudah habis. Cari pasir juga sudah gak bisa. Yang saya punya hanya 3 ekor sapi ini,” kata dia.
Selain merawat ternaknya, dia juga merelakan diri menjadi relawan di posko pengungsian. Kata dia, meski terdampak bencana, dirinya tidak ingin kehilangan semangat hidup.
”Masih banyak cara, semoga kami bisa bangkit kembali,” tuturnya.
Kedua sosok ini adalah sosok patut diapresiasi. Meski didera bencana, semangat mereka untuk hidup tetap tak padam. Pantauan reporter Tugujatim.id, sejumlah warga di Dusun Umbulan hanya bergantung pada bantuan.
Bahkan mereka rela mendirikan tenda dari terpal untuk berharap belas kasih para donatur yang nekat datang ke lokasi bencana untuk menyerahkan bantuan. Meski begitu, pemandangan tersebut juga tidak dapat disalahkan sepenuhnya.
Di lain hal, senyum anak-anak korban bencana erupsi di sana sudah mulai tampak berkembang. Mereka sudah mulai dapat bersekolah, meski dengan tempat dan perlengkapan seadanya.
Sementara itu, Wadanyon Zipur V Kepanjen Mayor Czi M Irawan tetap mengimbau agar warga tidak beraktivitas. Apalagi, melihat aktivitas vulkanik masih belum mereda.
”Sejauh ini, kondisi warga sudah stabil. Mereka mulai beraktivitas kembali ke rumahnya di pagi hari dan kembali ke pengungsian pada sore hari,” kata Irawan.
Hingga saat ini, proses penanganan pasca bencana terus dilakukan. Terakhir, sejumlah alat berat dikerahkan untuk membersihkan material di Dusun Kamar Kajang. Nantinya, bisa dipakai untuk akses warga sementara.
Meski hanya sekolah di tenda darurat, mereka tetap senang bisa kembali belajar, bertemu guru dan teman sebayanya.
Lebih lanjut, mengingat status tanggap darurat yang akam berakhir 3 hari lagi, Pemkab Lumajang tengah berfokus menyelesaikan pembangunan hunian sementara. Total hingga saat ini ada 10.395 jiwa warga yang tinggal di kaki gunung Semeru ini mengungsi.
Lokasi dibangun huntarra ada di 2 tempat yaitu di Desa Sumber Mujur Kecamatan Candipiro seluas 81 hektar dan di Desa Oro-Oro Ombo Kecamatan Pronojiwo seluas 9 hektar.
Untuk sementara, huntara yang dibangun terlebih dulu adalah di lokasi Desa Sumber Mujur. Untuk di Desa Oro-Oro Ombo masih dilakukan penyesuaian titik koordinat untuk relokasi. Sebab itu, kebutuhan paling mendesak saat ini adalah berupa bahan bangunan.
”Adapun huntara yang dibangun nanti memiliki ukuran seluas 6×6 dan 4×6. Kami fokus percepatan pembangunan huntara ini yang ditarget tanggal 25 Desember 2021 bisa selesai,” terang Manajet Pusdalops BPBD Jatim, Dino Andalananto.
Selain itu, penanganan lain juga dilakukan seperti pengerjaan jalur di sepanjang jalan nasional Malang-Lumajang, tepatnya di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh yang kini sudah 80 persen.
”Selain itu juga ada pengerjaan tanggul darurat di bawah Jembatan Gladak Perak yang kini progresnya sudah 90 persen. Air sudah berhasil dialihkan,” ungkap Doni.