TUBAN, Tugujatim.id – Di tengah upaya untuk mempercepat progres pembangunan kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban, Pertamina melalui anak usaha subholding Refining and Petrochemical, yaitu PT Kilang Pertamina Internasional, berupaya untuk memastikan tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Rencananya, kilang GRR Tuban beroperasional mulai 2027 di bawah pengelolaan Pertamina Rosneft.
Untuk memastikan penyediaan listrik, diperlukan kerja sama antar BUMN untuk mendukung operasional kilang GRR Tuban ke depannya. Sinergi BUMN ini dituangkan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina Rosneft dengan PT PLN (Persero) terkait rencana kajian bersama dalam penyediaan listrik. Penandatanganan langsung dilakukan Presiden Direktur Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya dan Pavel Vagero selaku Direktur Keuangan dan Umum serta General Manager PLN Unit Distribusi Jawa Adi Priyanto pada Kamis (23/09/2021) yang disaksikan oleh Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansyuri.
Dalam sambutannya, Pahala menyampaikan, penyediaan listrik ini akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak dan sebagai sinergi BUMN kerja sama akan memberikan manfaat terkait efisiensi nasional.
“Bagi PLN kerja sama ini akan menyerap tenaga listrik sehingga akan meningkatkan pendapatan. Sementara untuk Pertamina Rostneft, kerja sama ini akan membuat lebih fokus untuk meningkatkan kompetitifnya,” ujar Pahala.
Melalui nota kesepahaman ini, Pertamina Rosneft dan PLN akan membuka peluang untuk melaksanakan kajian bersama untuk memastikan penyediaan suplai listrik hingga 20 Mega Watt (MW) selama fase konstruksi dan commissioning.
Selain itu, dari hasil kajian tersebut nantinya akan ditentukan skema kerja sama yang paling optimal dan menguntungkan dari aspek bisnis serta akan mencakup pada penentuan penyediaan infrastruktur penunjang. Selain itu, nantinya ada skenario konfigurasi sistem dan peralatan.
“Fase konstruksi ditargetkan akan dimulai pada triwulan ke 3 tahun 2023 dan perkiraan kebutuhan listrik GRR Tuban pada fase ini, yaitu 20 Mega Watt. Sedangkan untuk tahapan commissioning start-up utility yang akan dimulai pada triwulan ke 2 tahun 2026 untuk kebutuhan listrik yang mencapai 50 Mega Watt,” ungkap Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono mewakili Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Dia menyampaikan, konfigurasi Kilang Pertamina Rosneft saat ini memerlukan kepastian jaminan operasional kilang tanpa terputusnya aliran listrik sehingga diperlukan pasokan listrik yang andal.
“Berhentinya operasi kilang dalam 1 hari sama dengan hilangnya potensi revenue sebesar USD 34 juta (setara dengan Rp 480 miliar) sehingga dibutuhkan jaminan suplai energi listrik terus-menerus yang andal dengan zero total failure,” kata Djoko.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengungkapkan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada PLN yang akan menjaga komitmen untuk penyediaan kebutuhan listrik secara andal dengan harga yang kompetitif.
Nota kesepahaman ini akan berlaku selama 1 (satu) tahun dan hasil kajian bersama ini akan dituangkan dalam kerja sama penyediaan listrik GRR Tuban dalam format Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik.
Pada tahap operasi kebutuhan listrik secara total untuk kondisi normal operasi mencapai 678 Mega Watt melalui konfigurasi kombinasi suplai self-power generation dari kilang GRR Tuban serta electrical power grid dari PLN. Rencananya, PLN akan mensuplai hingga 500 Mega Watt.
Kerja sama antara Pertamina Group dan PLN sendiri terutama untuk operasional kilang BBM bukan yang pertama. Sebelumnya PT Pertamina (Persero) meneken perjanjian kerja sama dengan PLN untuk penyediaan layanan kelistrikan untuk 5 kilang Pertamina di Refinery Unit (RU) II Dumai, RU III Plaju Sungai Gerong, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, dan RU VI Balongan dengan kebutuhan total daya listrik yang disuplai mencapai 217 MVA yang selanjutnya dapat bertambah 104 MVA.
Untuk diketahui, Pertamina Rosneft merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Pertamina Group dengan raksasa energi Rosneft asal Rusia yang menjadi pelaksana proyek strategis nasional GRR Tuban.
Berdiri di atas lahan seluas 834 hektare, kilang yang diharapkan menjadi fasilitas petrokimia terbesar di Asia Tenggara ini ditargetkan beroperasi pada 2027 dan menyerap kurang lebih 27.000 tenaga kerja pada saat konstruksi, serta 2.500 tenaga kerja setelah proyek beroperasi. Proyek GRR Tuban saat ini telah berada pada tahapan Front-end Engineering Design dengan progres per 17 September 2021 telah mencapai 34,54% vs rencana 17,83% (ahead +16,71%).
Dengan dukungan dari Kementerian BUMN, Kementerian ESDM dan juga PLN, realisasi dan eksekusi proyek GRR Tuban dapat berjalan dengan lancar dan sesuai target yang akan mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dalam pemenuhan BBM maupun pemenuhan produk petrokimia.