Perang Kecerdasan AI Masih Berlangsung, Seru Kini Muncul Lawan Baru yang Tangguh Bernama OI

Perang AI.
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Foto: Pixabay)

Tugujatim.id Perang kecerdasan buatan dalam dunia teknologi sedang seru-serunya. Salah satu pemain teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) ChatGPT bahkan diramal akan menggeser pemain lama bidang teknologi yang sudah mapan macam Google, Meta, Microsoft, dan lain-lainnya. Tak pelak, kehadirannya bikin ketar-ketir para raksasa teknologi tersebut.

Belum reda perang kecerdasanAI, kini muncul lagi varian teknologi baru. Varian tersebut bernama Organoid Intelligence atau disingkat OI. Lalu apa menariknya dari OI itu?

Istilah OI kali pertama disebut dalam situs Frontiers in Science pada Februari lalu. Situs tersebut memuat tulisan berjudul Organoid Intelligence (OI): The New Frontier in Biocomputing and Intelligence-in-a-Dish. Tulisan ilmiah yang dikerjakan 25 ahli bidang ilmu komputer dan kesehatan lintas itu bertujuan mengembangkan kemampuan komputasi dari otak manusia. Proyek penelitian OI bersumber dari replikasi kemajuan otak yang diturunkan dari sel punca (stem cell) manusia. Teknologi OI berusaha meniru aspek molekuler dan seluler dari memori serta pembelajaran kognisi otak secara in vitro.

Para peneliti itu menemukan keunggulan otak manusia dibandingkan kecerdasan buatan yang terdapat pada mesin-mesin komputer selama ini. Seperti kemampuan otak manusia untuk membedakan dua objek hanya dengan beberapa sampel saja, sementara algoritma AI harus mengenali ribuan objek.

Otak manusia dapat memproses informasi kompleks secara berurutan dan paralel. Ilustrasi pemrosesan otak manusia sempat ditunjukkan kepada publik pada 2013 lalu. Sebuah komputer tercanggih nomor empat di dunia saja membutuhkan waktu 40 menit untuk mereplikasi 1% aktivitas otak manusia. Selain itu, otak manusia juga memiliki kapasitas penyimpanan setara 2.500 TB.

Dilansir dari berbagai sumber, pada Juni 2022, Frontier Amerika Serikat membangun sebuah super komputer dengan performa 1.102 exaFlops. Agar beroperasi secara optimal, super komputer itu menghabiskan daya sebesar 21 Megawatt. Sedangkan untuk performa kinerja sebesar 1 exaFlop saja, otak manusia mampu beroperasi dengan daya hanya 20 Watt. Dengan demikian, otak manusia mampu menghemat energi 1 juta kali lipat lebih baik daripada mesin modern.

Para peneliti yang takjub dengan kemampuan otak manusia itu lantas meriset salah satu organ vital manusia itu selama bertahun-tahun lalu mencetuskan istilah OI. Istilah OI dipilih karena menjelaskan bidang biokomputasi yang diarahkan oleh otak.

Saat difungsikan, OI dapat mengingat dan mengkalkulasi riwayat serta cara kerja organ lebih baik dibandingkan teknologi 2D yang telah ada. Hingga kini para peneliti masih melatih OI secara sistematis untuk meningkatkan peluang input dan output sensorik yang makin kompleks. Selain itu, juga menghubungkan organ otak dengan komputer, sensor, dan antar muka mesin untuk tujuan eksplorasi. Namun dengan tetap memperhatikan etika penelitian dan pengawasan yang ketat.

Jadi, gimana perang kecerdasan ini mana yang bakal paling seru? Apakah OI bakal menggeser teknologi bidang lainnya?